Sabtu, 25 Desember 2010

3


Judul Buku                   :Teologi Femisme Islam
Penulis                         : Syarif Hidayatuloh
Penerbit                       : Pustaka Pelajar
Tahun Terbit                : September 2010
Jumlah Halaman           : 95 halaman
Oleh                            : Ahmad Faozan

Menuju pemberdayaan perempuan


Peran dan kotribusi perempuan sangat terbatasi  oleh laki-laki baik di lingkup sosial, budaya, politik, maupun agama. Perempuan selalu dinomorduakan setelah lelaki. Dan, nampaknya kodrat perempuan tercipta hanya mengurus anak, suami, dan keluara. Hak asasi perempuan telah di injak-injak oleh tafsiran laki-laki terhadap teks suci. Dibawah hegemoni agama mereka (lelaki) menikmatinya dan menganggap hal itu sebagai bagian dari ibadah.
Isu Feminisme Islam memang kerap kita dengar, namun kenapa hingga saat ini suprioritas laki-laki atas perempuan dibangun diatas kepercayaan bahwa “perempuan diciptakan dari dan untuk laki-laki”. Ketimpangan peran perempuan dalam pembangunan bukan masalah rendah kualitas tetapi bersumber dari masyarakat. Adanya pandangan bahwa kualitas perempuan itu rendah sehingga kemudian menyebabkan perempuan selalu di letakan dan di manfaatkan oleh kaum laki-laki.
Penulis buku ini, mencoba mendesak untuk mengkonstruksi ulang teologi Islam yang terkait dengan persoalan feminime. Karena, selama ini rekonstruksi teologi feminisme Islam hanya menyentuh pada wilayah penafsiran sumber-sumber teks-wahyu keagamaan yang masih melahirkan masalah diskriminasi bagi kaum perempuan.
Buku ini, menjelaskan secara rinci dan runut mengenai. sebab- musabab terjadinya ketimpangan gender baik dari apek pemikiran, pemahaman maupun aspek sosial, yakni faktor eksternal dan internal. Secara eksternal penyebabnya adalah realitas sosial, politik, maupun global. Umat Islam khususnya di Indonesia masih mempertahankan budaya patriakhi. Sedangkan faktor internal, kondisi umat Islam masih belum terlepas dari pemahaman bias gender dalam memahami doktrin dan ajaran Islam. Agama justru masih di gunakan sebagai legitimasi untuk mengesahkan penindasan dan subkordinasi melalui intrepretasi teks. Sehingga, akibatnya perempuan di patok untuk menjadi ibu rumah tanggga. Padahal sejak awal perjuanagan Nabi Muhamad Saw menjadikan emanasi perempuan sebagai salah satu agenda utama. Sedangkan, “Diskriminasi adalah pengingkaran terhadap ajaran tauhid” hal 23.
Oleh sebab itulah, barangkali kini di tengah berkembangnya isu Jenderisasi baik didunia barat maupun dunia Timur kita mampu membongkar mitos tentang teologi (taken for granted) sebagai tujuan menghilangkan sikap fanatisme sempit yang mencurigai dialog teologi dan persoalan perempuan dianggap bagian dari pendangkalan akidah. Kemudian, mengekspolisikan aspek feminim Tuhan demi kesejahteraan gender sehingga nantinya ke depan dapat membuka paradigma baru bagi kesamaaan hak-hak perempuan untuk mewarnai sendi-sendi kehidupan. Secara normatif Islam sesungguhnya adalah agama yang menyokong kesetaraan gender, namun dalam realitasnya masih banyak sekali problem bias jender.
Da­lam ka­it­an de­ngan po­si­si la­ki-la­ki dan bu­da­ya pat­ri­ar­ki, ka­um fe­mi­nis me­man­dang bah­wa re­a­li­tas yang ada da­lam ru­ang pub­lik bu­kan­lah re­a­li­tas yang ob­jek­tif, me­la­in­kan se­ba­gai re­a­li­tas yang te­lah di­kon­struk­si oleh pem­bu­at­nya, yak­ni ka­um le­la­ki itu sen­di­ri.
Program dekonstruksi feminisme, diakui maupun tidak memang harus kita lakukan sehingga generasi berikutnya akan lebih bijak dalam menafsirkan kedudukan perempuan di kehidupan sosial. Pemberdayaan perempuan mungkin dapat mencapai sasaran apabila dikonstruksi perempuan sejak lahir dapat di hilangkan.
Da­lam pan­dang­an Pe­ter L Ber­ger bahwa se­o­rang so­sio­log in­ter­pre­ta­tif—re­a­li­tas itu ti­dak di­ben­tuk se­ca­ra ala­mi­ah, ti­dak ju­ga se­sua­tu yang di­tu­run­kan oleh Tu­han. Re­a­li­tas di­ben­tuk dan di­kon­struk­si­kan. Re­a­li­tas di­pan­dang ber­wa­jah gan­da atau plu­ral. Se­tiap orang bi­sa mem­pu­nyai kon­struk­si yang ber­be­da-be­da atas sua­tu re­a­li­tas.
Membaca buku ini, kita diajak Syarif,  untuk mengindentifikasi persoalan-persoalan teologis yang banyak disoroti dalam isu feminisme Islam sehingga buku ini wajib di baca oleh mereka aktifis perempuan dan pegiat jender sebagai bahan referensi dan bahan rujukan.

1



Judul : Sejuta Hati Untuk Gus Dur (Sebuah Novel dan Memorial)
Pengarang : Damien Dematra
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2010
Tebal : 426 halaman
Presensi : Ahmad Faozan
 Mengulas sepak terjang Gus Dur

Tepat pada tanggal 18 Desember kemarin merupakan khaul alamarhum Gus Dur.
Bagi kebanyakan orang, Gus Dur adalah salah satu tokoh pemersatu umat manusia yang tak dapat di lupakan begitu saja. Kehadiran GD di tengah-tengah masyarakat sangat di kenal sebagai tokoh pejuang pluralisme.

Pribadi Gus Dur yang tidak kenal lelah, terus menerus digunakan untuk membangkitkan kesadaran manusia, bahwa untuk menjadi seorang manusia sejati adalah menjadi manusia yang benar-benar berguna bagi orang lain. Dengan begitu, menjunjung toleransi serta menghargai perbedaan dan keyakinan tak lain adalah bertujuan menciptakan kehidupan social yang penuh kedamaian, kerukunan, serta kebersamaan.

Buku ini, adalah bukti sejarah rekam jejak kehidupan Gus Dur sewaktu hidupnya. Sehingga para generasi bangsa selanjutnya mau mencontoh, meneladani, dan mampu meneruskan perjuangan pemikiran serta gagasan Gus Dur.
Membaca buku ini, setidaknya dapat menjadi penawar rindu buat kita kepada Gus Dur.
Jika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seseorang menemui benih-benih perpecahan, maka ingatlah Gus Dur. “Hargailah perbedaan pendapat serta junjunganlah tali persaudaraan diantara kalian”. Siapapun dia, agama, ras, suku dan etnis harus dapat hidup damai. Hal demikian adalah bentuk rasa tanggung jawab kita kepada Tuhan beserta kehidupan sosial di dunia ini.

Sebagai Cendekiawan Muslim Gus Dur menyatakan bahwa” Sesungguhnya setiap agama memberikan sebuah ruang kebebasan bagi orang lain untuk dapat hidup dan mengamalkan apa yang di yakininya tanpa pemaksaan dari pihak manapun” Sehingga dalam menjalani kehidupan tercipta keharmonisan (Hal 240).

Begitulah, serangkum fakta terkait tentang tata cara hidup bermasayarakat dipraktekan Gus Dur. Maka, tidak salah jika banyak orang mengaguminya. Dan, setidaknya cara seperti itulah yang harus kita praktekan dalam hidup berbangsa dan bernegara kapanpun dan dimanapun.

Nampak, cita-cita Gus Dur dalam hidupnya hanya berjuang untuk “menjadi pemimpin nomor satu di Indonesia sekaligus pembela kemanusiaan, bagi kaum minoritas dan tertindas, penjunjung pluralisme” tidak sedikit banyak orang meminta perlidungan di belakang dirinya. Pemikiran Gus Dur sangat maju dan modern. Terlihat komitmen Gus Dur untuk menata masyarakat yang rukun dan damai tanpa adanya kekerasan sedikit pun (Hal 264).
Gus Dur, pantas di anggap menjadi tokoh idola di abad modern. Peran dan kotribusinya, terbukti mampu menyatukan beberapa element untuk dapat hidup bersama dalam satu tempat yaitu ”kedamaian”. Ia, menjadi makhluk Tuhan yang dalam hidupnya tak pernah mengeluh atau bersedih hati sedikit pun dalam kondisi apapun.
Dan, Ia selalu menjalani kehidupannya dengan penuh semangat dan tak pernah putus asa.
Sikapnya terkesan tak mau menyerah atas segala persoalan yang dihadipnya, Ia selalu selalu menujukan sikap gigih, optimis, dan keras dalam memperjuangkan nasib yang di alami kaum tertindas. Kesemua itu, merupakan karakter kepribadiannya yang tak mungkin bisa di cegah maupun di pisahkan oleh siapapun.

Ketulusan Gus Dur dalam mengabdikan dirinya kepada bangsa, agama serta masyarakat tak lain hanyalah bertujuan agar terciptanya tatanan masyarakat yang penuh dengan kedamaian. Tanpa kehadirannya (GD) barangkali Pluralisme di Indonesia hingga kini tak pernah tebangun. Pemikiran dan gagasannya merupakan sumbangsih terbesar Gus Dur yang menjadi amal jariah sewaktu hidupnya.

Buku ini, menjadi bacaan wajib bagi mereka yang mengidolakan, mengagumkan dan mengenal sosok Gus Dur. Perlu di ketahui bahwa, Gus Dur, bukanlah milik keluarga, sahabat, maupun kerabatnya, namun Ia adalah milik kita bersama. Gus, kini kita merindukanmu.





oleh
Ahmad Faozan

Kedua



Judul Buku         :Sang Pengubah Mitos (Kisah-kisah Inspirasional yang Siap Mengubah
                              Segala Kelemahanmu)                 
Penulis                : M. Iqbal Dawami
Penerbit               : Diva Prez Yogyakarta
Cetakan               :Juli 2010
Tebal
                    : 250, hal
ISBN
                    : 978-602-955819-7

Strategi Membangkitkan jiwa


Beratnya beban hidup yang kita pikul seringkali membuat diri kita kehilangan spirit dan gairah. Dan, tragisnya lagi bila di tambah adanya sebuah tekanan dan tuntutan sungguh membuat diri kita semakin tak berdaya menghadapinya. Maka dari itu, pentingnya sebuah kemampuan diri untuk menyulut dan membangkitkan spirit yang sudah ada dalam jiwa kita. Sesungguhnya kekuatan terbesar yang ada dalam diri manusia adalah spirit dan motifasi diri bukan tenaga super kuat serta fisik yang mumpuni
Mimpi menjadi orang sukses dan berhasil dalam hidup di dunia ini merupakan visi dan misi manusia secara keseluruhan. Namun, kesuksesan dan keberhasilan hidup di dunia ini bila diri kita hidup dalam serba kekurangan seolah dalam diri kita muncul pernyataan “tidak mungkin”. Menjalani kehidupan dengan penuh sikap pesimisme tentunya semakin memperburuk diri kita sendiri.
M.Iqbal Dawami, seolah memahami keingintahuan pembaca mengenai apa dan bagaimana seharusnya menjalani kehidupan ini dengan penuh spirit. Dengan gaya bercerita yang mengisahkan orang-orang sukses, mudah ditangkap, dan runut, M. Iqbal Dawami membantu pembaca untuk merangsang dan menumbuhkan spirit dalam menjalani hidup di dunia ini.
Isi buku ini, terbagi menjadi tiga bab. Bab pertama, penulis membahas tentang bagaimana caranya kita membangkitkan jiwa spirit kita yang sudah ada dalam jiwa kita sendiri. Spirit merupakan modal bagi kita untuk bangkit meraih segala impian. Kebanyakan orang melihat penderitaan sebagai suatu “takdir” yang tak dapat di elakan. Akan tetapi bila kita belajar kepada para tokoh-tokoh di dunia yang sudah sukses Misalnya, Toyotami anak petani asal negeri Jepang yang bertubuh kecil dan tak berpendidikan namun mampu menjadi penakluk dan penguasa tertinggi di Jepang. Berkat usaha menutupi segala kekurangan dalam dirinya  Ia mampu mengungguli para pesaingnya yang berdarah biru dan menjadi penguasa di seluruh Jepang dapat kita ketahui bahwa pada awalnya mereka sukses karena usaha keras dan jerih payah melalui proses yang lama (Hal 31).
Pada bab Kedua, hendaknya, kita sebagai manusia biasa mau belajar dari mereka para tokoh-tokoh dunia. Setidaknya perjalanna hidup mereka(para tokoh dunia) dapat menjadi sumber inspirasi bagi diri kita sendiri. Hidup memang membutuhkan perjuangan dan kesadaran. Lebih penting lagi, bagiamana diri kita mampu menyulut dan membangkitkan spirit dalam situasi dan kondisi apapun sehingga perasaan minder, mustahil dapat dijawabnya.
Kisah sejarah orang sukses tidak saja menjadi inspirasi bagi kita, namun di sadari maupun tidak dapat membangkitkan emosi, spirit, dan ide-ide cemerlang untuk kita terapkan dalam jiwa kita. Seperti, “cerita ahlak Nabi Muhamad SAW bagaiamana kelembutan dan ketabahan sikapnya dalam mensiarkan agama Islam” secara tidak langsung kita dapat mengambil metode dakwah kita untuk di jadikan sebagai pedoman hidup dalam kehidupan bermasyarakat. Kehidupan di zaman modern seperti sekarang ini banyak di antara kita yang kehilangan spiritual dan budi pakerti yang baik. Seolah cara hidup kita sepertinya hanya mementingkan materi semata sehingga menjadikan diri kita egois dan sombong-sombongan (hal 97).
Dan, pada akhirnya pada bab yang ketiga buku ini mengajak kepada kita (pembaca) untuk dapat mengarahkan orentasi dari pekerjaan yang kita lakukan. Apakah pekerjaan kita bermanfaat bagi diri kita sendiri atau kepada orang lain. Barangkali pekerjaan yang kita lakukan hanya sebatas kenikmatan sesaat. “Ada lima rahasia yang perlu kita ketahui dalam kehidupan fana ini yaitu: lebih merenung, lebih mengambil resiko, lebih mencintai, lebih menikmati dan lebih memberi”. Perlu kita sadari, bahwa apa yang kita lakukan menjadi catatan sejarah dalam hidup di dunia ini. Kesimpulnya, buku ini menegur kita bahwa jika tidak bisa melakukan hal terbesar dalam kehidupan ini padahal kita sudah memaksimalkan dengan semua potensi kita, maka lakukanlah hal yang terkecil sesuai kemampuan kita (hal 238).
Buku ini, sangat berharga bagi para pembaca yang sedang panik menghadapi persoalan kehidupan di era kontemporer. Kehidupan masyarakat di era modern banyak yang mengedepankan materi semata sehingga jiwa spiritual di tinggalkan. Bahkan karena terlalu mengejar materi banyak orang frustasi dan bunuh diri. Oleh sebab itulah, pentinganya diri kita menekankan jiwa spiritual sehingga nantinya kita akan mampu mengendalikan jiwa kita sendiri.
Dengan kehadiran buku ini, setidaknya dapat membantu menyulut spirit dalam diri kita. Karena spirit dalam diri kita adalah faktor penentu visi dan misi kehidupan kita sendiri.