Selasa, 10 Mei 2011

Membangun Kesalingpahaman Antarumat Beragama


Dimuat Di majalah Tebuireng edisi Mei 2011
Judul : Dialog Antar Umat Beragama Gagasan dan Praktik di Indonesia
Penulis : J.B. Banawiratma dkk
Penerbit : Mizan, Bandung, Desember, 2010
Tebal : xx + 288 Halaman
Harga: 60.000


Harmonisasi antarumat beragama di negeri ini”Indonesia” mudah sekali pecah. Pergesekan–pergesekan yang terjadi selalu berujung pada tindakan anarkisme. Lantas, bagaimana ke depan supaya harmonisasi kehidupan antar umat beragama di Indonesia dapat terjaga dengan baik lagi?
Tumbuh suburnya gerakan islam radikal dan fundamental yang mengibarkan panji-panji agama menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya tindakan kekerasan. Tentunya, hal itu telah mencidrai semangat pluralisme dan demokrasi di Indonesia. Sebagai upaya untuk ikut berperan dalam mewujudkan kehidupan yang harmonis dan damai Buku bertajuk ”Dialog Antar Umat Beragama antara gagasan dan Praktik di Indonesia”, hadir di tengah-tengah pembaca. Buku ini, berusaha memotret sejarah dialog antarumat beragama di Indonesia. J.B Banawiratama dkk penulis buku ini, berusaha memotret sejarah dialog antar umat beragama semenjak tahun 1969 hingga sekarang.
Mukti Ali, seorang mantan Menteri agama merupakan salah satu tokoh yang berjasa besar bagi terciptanya sebuah wadah yang menangani khusus masalah kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Baik di intern maupun antar umat beragama. Dialog antar umat beragama adalah suatu wahana untuk menemukan sebuah gagasan progresif dan menghindari cara-cara manipulatif serta agresifitas antar umat beragama. Sudah seharusnya, dialog di fungsikan sebagai jalan utama untuk membangun kesalingpahamman antar umat beragama. Rutinitas dialog baik yang di lakukan oleh lembaga pemerintah, lembaga sosial kemasyarakatan, dan pemuka agama harus selalu di tingkatkan. Dialog antarumat beragam merupakan wahana menciptakan kehidupan yang harmonis dan toleran.
Masalah dialog antarumat beragama benar-benar penting untuk di lakukan. Dan, menjadi solusi untuk mencegah terjadinya tindakan kekerasan. Saatnya praktek Dialog antarumat beragama di kembangkan ke wilayah yang lebih luasa lagi. “Misalnya, contoh yang amat baru adalah terbentuknya Indonesian Consorium of Religion Studies (ICRS), yang merupakan konsorium tiga universitas di Yogyakarta yang berbeda aflisiasi keagamannya yaitu; UGM, UKDW, dan UIN Sunan Kalijaga”.( hal 18)
Penting bagi kita, membangun dialog antarumat beragama yang berkelanjutan. Sebab dari hasil dialog sendiri nantinya untuk di aplikasikasikan dalam kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara kedepan. Perbaikan pendidikan agama yang mono-religius misalnya di perguruan tinggi ke depan akan dapat membantu mahasiswa untuk mengkristalkan pengalamannya menjadi suatu sikap terbuka yang dapat berperan penting menyiapkan generasi yang akan datang untuk masa depan tatanan masyarakat yang lebih dialogis.
Dalam konteks inilah, buku karya J.B Banawiratama dkk menjadi penting untuk di baca. Walaupun, buku ini hanya mengangkat dialog antara umat Islam dan Kristiani yang dulunya sering mengalami kesulitan membangun dialog, tetapi setidaknya kita dapat memetik maslahatnya untuk di kembangkan lebih luas lagi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Melalui buku ini, setidaknya para pelaku dialog dan pembaca dapat memperoleh gambaran besar, yakni peta tentang dialog antar umat beragama, di Indonesia. Amat di sayangkan, jika anda melewatkan buku ini.