Minggu, 23 Oktober 2011

Rahasia Berwirausaha

 Dimuat di Analisisnews.com
 Minggu, 23 Oktober 2011

Judul Buku            : A Gift From A friend: Dari Sekolah ke Dunia Bisnis Perjalanan Wirausaha Saya
Penulis                  : Merry Riana dan Alva Tjenderasa
Penerbit                 : Gramedia Pustaka
Tahun                     : September 2011
Tebal                      : 255 halaman
Harga                     : Rp 68.000,--

Selama ini, begitu banyak orang mencoba memulai berwirausaha namun masih saja gagal. Apalagi, di tambah kondisi negeri “Indonesia” yang sulit untuk memasarkan produk. Karena kalah bersaing dengan negara-negara tetangga seperti, China. Tentunya, membuat seseorang harus memutar otak tujuh keliling guna mencari ide yang tepat dan berhasil dalam berwirausaha.

Lewat buku, A Gift From A friend: Dari Sekolah ke Dunia Bisnis  dan Perjalanan Wirausaha Saya, karya Merry Riana menarik di baca. Penulis buku ini, hendak memberikan seputar pengalamannya di dunia bisnis kepada para pembaca. Merry merupakan salah seorang yang sukses di dunia wirausaha. Bahkan, ia menjadi satu-satunya wanita pertama menjadi miliander di Indonesia di usia muda.

Hanya dalam waktu empat tahun, ia sudah mampu mendapatkan penghasilan lebih dari 1 juta dolar melalui bisnisnya. Juga, telah meraih berbagai penghargaan bergengsi dalam industri keuangan seperti Star Club Presiden, Top Rokie manager, consultan of the year award, dan Agency Devloment Award. Tentunya, sangat luar biasa dan patut untuk di jadikan inspirasi bukan?

Merry terjun ke dunia wirausaha terbilang biasa-biasa saja. Bahkan, teman-temannya tak percaya mengenai ide berwirausaha. Setelah dia lulus, sebagian besar mereka, yang tidak begitu akrab dengannya, mengira Merry menjadi seorang pengusaha karena tidak mendapatkan lowongan pekerjaan yang tak baik.(hal,79) Padahal, berwirausaha sudah menjadi impiannya sejak lama. Ia, pun kemudian menjadi orang terkenal dan sukses di dunia yang diimpikannya.

Dalam hal ini, Merry menjelaskan tiga hal yang harus di miliki seorang entrepreuner. Pertama, memiliki masa depan yang tajam, untuk melihat sebuah peluang bisnis yang tidak dilihat atau kurang diperhitungkan orang lain. Jika berhasil selain mencengangkan juga menggairahkan. Kedua, berjiwa inovator. Untuk dapat menciptakan dan menemukan caranya sendiri demi meraih visi besarnya. Sebab, seorang entrepreuner umumnya mampu mengubah kotoran menjadi emas.  

Ketiga, berani memikul resiko. Baik resiko mental maupun finansial. Ketiga prinsip tersebut, menjadi kunci sukses bagi siapa saja yang sedang maupun akan terjun di dunia wirausaha. Di usianya yang masih muda yakni, 26 tahun Merry Riana mencapai banyak kesuksesan, bahkan bila di bandingkan dengan orang-orang yang usianya dua kali lipat darinya kalah jauh. Kini, Merry sudah hidup sukses dan memiliki segalanya.

Berbeda dengan kondisi saat masa-masa menempuh studi di Singapura. Demi berhemat, ia membawa segala keperluan hidup dari rumah. Seperti, mi instan, gula, kopi, biskuit, garam, merica dll. Selain itu, perabotan dapur juga dari rumah. Hidup jauh dari rumah membantu belajar hidup mandiri. Mampukah kita, mencontoh hidup seperti Merry?

Di tengah kondisi kehidupan seperti sekarang ini, banyak anak muda berbangga diri akan kekayaan orang tuanya. Tanpa berpikir, bagaimana cara menghasilkan uang. Mungkin benar perkataan orangtua kita, bahwa mencari uang seratus ribu itu sangat susah. Ketimbang, untuk berbelanja mengeluarkan uang seratus ribu. Seharusnya, inilah yang menjadi catatan bagi anak muda untuk tidak menghambur-hamburkan uang orangtua.

Tuhan menciptakan multi talenta kepada manusia sejak dari lahir. Tinggal bagaimana diri kita mengasah dan mengembangkan dalam kehidupan. Oleh karena itu, janganlah takut untuk memulai berwirausaha. Siapa saja berhak untuk menjadi orang sukses. “Sebab sukses merupakan kesempatan untuk terus-menerus bertumbuh secara emosional, sosial, spiritual, psikologis, intelektual, dan finanisal”.(hal,86)

Menurut saya, buku karya Merry Riana ini membantu menjadi tambahan spirit bagi seseorang yang baru terjun di dunia wirausaha. Sebagaimana dikatakan Ciputra dalam pengantarnya. Buku ini, sangat inspirasional terutama bagi mereka yang masih muda.. Selamat membaca!

*)Ahmad Faozan, Ketua Himasakti(Himpunan Mahasiswa Santri Alumni Keluarga Tebuireng) Yogyakarta.

Minggu, 16 Oktober 2011

Internet Menumpulkan Otak

Di Muat di Koran Jakarta
Sabtu, 15 Oktober 2011


Judul : The Shallows: Internet Mendangkalkan Cara Berpikir Kita
Penulis: Nicholas Car
Penerbit: Mizan
Tahun: 1, Juli 2011
Tebal: 376 halaman
Harga:Rp44. 200


Dewasa ini, internet menyajikan berbagai layanan yang memanjakan manusia. Misalnya, tempat untuk berkomunikasi dengan seseorang di kejauhan. Cukup berada di depan internet, seseorang mampu mengirim pesan secara langsung.

Wilayah hiburan seperti Facebook dan Twitter menjadi salah satu layanan yang digemari oleh kebanyakan orang. Padahal, di balik kesempurnaan internet ada hal yang membahayakan bagi penggunanya, yakni mendangkalkan otak. Bilamana saraf otak sudah diracuni internet, mengajak otak untuk berpikir kreatif menjadi pasif.

Buku Shallows: Internet Mendangkalkan Otak ini mencoba menguak bahaya internet bagi otak. Nicholas Carr, penulis buku ini, mengajak pembaca untuk sadar akan internet. Kurangnya wawasan mengenai bahaya internet membuat sebagian orang terjerumus hal negatif serta menjadi korban.

Seharusnya kehadiran internet dapat kita manfaatkan bukan untuk disalahgunakan. Di tengah-tengah kehidupan masyarakat, sudah banyak korban dari dampak negatif internet karena kurang mengetahui dampaknya.

Misalnya, maraknya perbuatan asusila yang dilakukan oleh kaum muda setelah membuka situs-situs seronok yang beredar bebas di internet. Kemudian, plagiarisme di kalangan pelajar bahkan dosen pun marak.

Memang benar, internet membantu pekerjaan kita, namun secara diam-diam internet juga ikut membentuk pikiran dan memengaruhi perilaku manusia. Bahaya semacam itu kerap terlewatkan.

Sebagaimana kisah yang dialami Dave Homan dalam buku ini. Ia awalnya gemar membaca dan sering tenggelam ke dalam buku serta artikel panjang. Setelah sering menikmati layanan online, aktivitasnya kemudian tanpa disadari berubah secara drastis.

Ia menjadi seorang pemalas untuk berjibaku dengan buku maupun artikel panjang. Dan, suka dengan artikel yang ringan serta ringkas. Bahkan, "tatkala membuat penelitian, yang awalnya harus berkutat dengan tumpukan buku dan memakan banyak waktu, dengan bantuan internet penelitiannya dapat dibuat hanya beberapa menit saja." (hlm 2). Memang, dari segi waktu sangat efisien tetapi yang jelas cara-cara instan tersebut membunuh kreativitas otak.

Pengalaman Dave tersebut memberi informasi kepada kita bahwa internet turut serta membentuk cara berpikir dan bertindak. Betapa bahayanya internet terhadap jiwa dan otak kita. Seharusnya, saat menggunakan internet kita bisa membatasinya sehingga kita dapat berinternet secara sehat, tanpa membunuh kreativitas otak.

Saya beranggapan bahwa orang yang tidak peduli akan bahaya internet sudah pasti dalam hidupnya tidak tenang. Ia akan selalu merasa gelisah. Kesempatan untuk berpikir dan merenung karena sudah sihir internet menjadi susah dilakukan.

Sebenarnya internet menyediakan banyak pilihan bagi siapa saja. Mengingat internet kini menjadi media yang paling luas dan tanpa batas dibandingkan media cetak lainbya. Namun, hal tersebut kerap disalahgunakan.

Buku ini memberikan wawasan akan bahaya internet. Dalam konteks inilah, buku ini layak dibaca. Membaca buku ini menjadi sangat tepat di tengah absennya kesadaran berinternet. Sihir internet juga membuat ketagihan bagi siapa saja hingga sulit melepaskan dari ketergantungan.

Buku ini membantu para pembaca untuk semakin hati-hati saat berjibaku internet. Betapa pun canggihnya internet, tanpa dibarengi dengan kesadaran akan menjerumuskan diri kita ke hal yang negatif. Bukankah kreativitas otak kita tergantung bagaimana kita merangsangnya?

Peresensi adalah Ahmad Faozan, Ketua Himasakti,(Himpunan Mahasiswa Santri Alumni Keluarga Tebuireng) Yogyakarta

Rabu, 05 Oktober 2011

Menghidupkan Nalar Umat Islam

Dimuat Kompas.com
(Rabu, 5 oktober 2011)


Judul Buku: Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam
Penulis:  Husain Hariyanto
Penerbit: Mizan Publika
Tahun: 1, Juni 2011
Tebal: 376 halaman
Harga:Rp,75.000


Buku ini, hendak mengajak berziarah ke era masa peradaban Islam pada abad 8-14. Di mana perkembangan ilmu pengetahun berkembang pesat. Terutama teori-teori ilmu pengetahuan Islam. Seperti, Ilmu Ulumul Qur’an, Hadis, Fiqh, Ushl Fiqh, Teologi, Filsafat, Sains, dan Tasawuf. Bahkan, hingga kini ilmu-ilmu tersebut masih di jadikan rujukan oleh para ilmuan abad 21.

Sebaliknya, umat Islam kini menampakan diri menjadi umat yang masih kurang kreatif dalam mengembangkan berbagai khazanah teori keilmuan yang sudah ada. Harus diakui bahwa orang Barat, cukup kreatif dalam mengembangkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Seharusnya, umat Islam mau belajar kepada para kreator peradaban”sarjana muslim” seperti,  as Syafa, al Farabi, Ibn Sina, Jabir b dll. Untuk di jadikan inspirator dan motifator.

Di tengah kondisi kehidupan umat beragama khusunya umat Islam yang sedang di uji dengan berbagai ujian, seperti isu terorisme yang di lemparkan Barat ke dunia Islam. Telah memudarkan rasa persatuan dan kesatuan di internal umat Islam yang cukup dahsyat. Tidak adanya, kesadaran dan kedewasaan dalam mensikapi dengan bijak menjadi bomerang bagi umat Islam sendiri. Yakni, lebih menggunakan otot  ketimbang menggunakan otak menghadapi profokasi Barat.

Buku bertajuk, “Menggali Nalar Saitifik Peradaban Islam” karya Husaien Hariyanto hadir. Penulis, berusaha mengajak kepada pembaca khusunya umat Islam untuk menziarahi masa lalu “peradaban Islam” dengan harapan, umat Islam dapat belajar banyak. Serta timbul spirit kembali dalam mengejar ketertinggalan. Menghidupkan kembali nalar berpikir kritis dan sadar pada nasibnya menjadi sebuah keharusan bagi umat Islam saat ini.

Dalam hal ini, Husain juga mengajak kepada umat Islam untuk menghidupkankan kembali pada tradisi intelektual. Seperti, dengan ilmu filsafat. Melalui Ilmu Filasafat membantu menggugah nalar kesadaran umat Islam dalam menatap masa depannya. Kehadiran buku ini, juga menjadi paradigma bagi kemajuan umat Islam di masa modern. Bahkan,  Mohamad Iqbal yang kita kenal sebagai pemikir Islam kontemporer juga pernah berseru kepada umat Islam, ”terlarang bagi umat Islam menjadi umat pembeo, peniru, yang tak kreatif dan lemah tak berdaya menghadapi gempuran sistem nilai-nilai asing yang menggrogoti keislaman dan kemanusia mereka”(Hal- 6)

Dengan demikian, kini muncul pertayaan apakah umat Islam mau mengejar ketertinggalan dari Barat? Bukankah, faktor kemunduran umat Islam saat ini disebabkan karena kerangka berpikir kritis dan kreatif umat Islam belum terbentuk? Ditambah banyak tokoh dan figur pemimpin umat Islam sibuk mengurusi diri dan kelompoknya sendiri. Buku setebal tiga ratus halaman ini, membongkar rahasia sukses ilmuan Muslim dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Juga membeberkan faktor-faktor yang menjadi pelemah bagi umat Islam.

Menurut anggapan saya, menyimak bongkahan sejarah peradaban Islam masa lalu yang di suguhkan Husain ini. Juga, dapat menemukan perbedaan mendasar antara peradaban Islam dengan peradaban modern yang di bangun Barat sekarang ini. Untuk di jadikan pertimbangan. Sehingga, membangun peradaban modern Islam dapat terwujudkan. Dalam konteks inilah buku ini menjadi penting untuk di baca khusunya oleh umat Islam. Tentunya, menjadi pelajaran yang amat berharga bukan?

Sebagaimana dikatakan, Mulyadhi Katanegara, Guru besar filsafat Islam. Buku ini, “mengungkapkan prestasi-prestasi agung keilmuan Islam dan mendemontrasikan pentingnya etos dan tradisi ilmiah Islam untuk terus di jaga dan dikembangkan di tengah-tengah hegemoni tradisi ilmiah modern yang sekuler”.
Peresensi: Ahmad Faozan, Ketua Himasakti(Himpunan Mahasiswa Keluarga Alumni Tebuireng) Yogyakarta.

Selasa, 04 Oktober 2011

Demi Perdamaian Dunia


Judul Buku      : Wind Rider: Menyerempret Bahaya Demi Perdamaian Dunia
Penulis             : Jefry Polnaja
Penerbit           : Qanita
Cetakan           : 1, Februari 211
Tebal               : 349 halaman
Harga              : Rp 54.400


Masih mencuatnya, konflik yang melanda antar bangsa, suku serta teroris terjadi di belahan dunia seperti, di Afganistan, Palestina, dll membuat dunia ini terasa kurang sedap dipandang.. Hal itu, juga kontras dengan semangat perdamaian dunia yang sering di gembor-gemborkan. Hak asasi manusia juga menjadi terabaikan. Dengan demikian, usaha menciptakan tatanan kehidupan berbangsa, beragama, dan bersuku harmonis penting di lakukan.

Buku ini, hendak menceritakan pengalaman Jefry Polnaja sang “Raider” penebar kedamaian. Ia, bukan utusan pejabat pemerintah maupun orang yang akan maju menjadi Presiden. Tetapi, pecinta motor. Yang pergi menjelajahi dunia bersama motor besarnya sambil, menyampaiakan pesan “damai”. Setidaknya, telah menciptakan rekor dunia yakni, mengunjungi, 72 negara, 3 benua, dalam kurun waktu 2 tahun, 7 bulan lamanya.

Tak peduli, dengan ganasnya badai Gurun Sahara, yang membeku dan hampanya Khardung La(jalan tertinggi di dunia), keheningan garis Artik di kutub utara, deburan Atlantik, Pasifik, dan Adrantik  yang menjadi medan tempurnya. Jefry, berpetualang tanpa kawan maupun pengawal. Bahkan, sempat mengalami nasib yang kurang menguntungkan. Dimana, Ia pernah diberondong tembakan namun masih beruntung dan berhasil lolos, bersembunyi di balik bebatuan padang pasir.

Selain itu, juga pernah menyaksikan dimana ada seseorang ditembaki sampai badannya hancur dan mati. Barangkali, di dunia ini tak ada orang senekad Jefry dalam memperjuangankan bendera kedamaian. Seharusnya, demi perdamaian dunia, semangat perjuanganan, simpati, kekaguman, dan solidaritas pada sesama senantiasa di kibarkan oleh siapa saja. Tanpa ada embel-embel suku, agama, ras, dan budaya. Sehingga keharmonisan terwujudkan.

Ada sekitar, 27 kisah pengalaman Jefry Polnaja hendak di bagikan leat buku ini kepada para pembaca. Salah satunya, manusia disatukan dengan bahasa hati. Bukankah, semua sudah ada yang mengatur? (hal, 39) Kedua, jangan menyepelekan hal-hal yang kecil. Sebab, dari hal terkecil pula sesungguhnya kita dapat menyelematkan hidup kita.

Seringkali, berada di negeri orang kita menganggap orang lain itu asing, tetapi sesungguhnya diri kitalah yang merasa seperti itu. Sehingga, harus menyesuaikan dengan lingkungan dimana kita berada. Di tengah kondisi kehidupan seperti sekarang ini, banyak orang hidup tidak memiliki kepercayaan diri. Akhirnya, banyak orang tidak mampu mewujudkan apa yang di impikannya. Entah, karena kebanyakan berpikir, tidak di barengi dengan tindakan maupun karena tidak mempunyai mentalitas.

Sebagaiamana ungkapam pepatah yang sering kita dengar yakni,” dimana ada kemauan di situlah akan ada jalan”. Meskipun, hidup saat ini segala sesuatu menggunakan uang, bila Tuhan sudah berkehendak apa yang menjadi tidak mungkin? Ketiga, hidup di dunia ini seperti roda yang senantiasa berputar. Terkadang kita berada di bawah juga di atas silih berganti tanpa kompromi. Dengan sebab itu pula, sikap berputus asa, mengeluh, dan pesimis harus dihilangkan. “Mencoba berpikir jernih, kemudian mencari solusi merupakan jalan terbaik.

Akhirnya, buku ini pantas untuk di jadikan inspirasi bagi kita semua, dalam hal mengibarkan perdamaian kepada dunia. Kepedulian antar sesama, tanpa memandang siapa dia merupakan cara terbaik membangun kebersamaan hidup. Bukankah, hidup damai penuh keharmonisan menjadi cita-cita bersama?

Peresensi adalah Ahmad Faozan, Ketua Himasakti(Himpunan Mahasiswa Santri Alumni Keluarga Tebuireng) Yogyakarta