Selasa, 17 Juli 2012

Kiat Jitu Mengembangkan Otak


Judul Buku:  The Winner’s Brain: Kiat Jitu Mengembangkan Otak Pemenangan Untuk Mencapai Sukses Penulis: Jeff Brown dan Mark Fenske
Penerbit: Penerbit Gemilang
Tahun: 1, Juni 2012
Tebal: 286 halaman
Harga: Rp. 49.000


Otak manusia  mempunyai ratusan miliar jaringan sel yang dialiri oleh pembuluh darah untuk membantu pemikiran-pemikiran, menggerakan tubuh, dan melihat dunia di sekelilingnya. Sel-sel di otak bertindak dengan kombinasi kecepatan dan efisiensi yang tidak dapat di tandingi oleh kecanggihan komputer. Semakin seseorang rajin melatih otak untuk berpikir, maka semakin banyak informasi yang di simpan, karena kapasitas otak tidak terlihat. Dengan memaksimalkan otak seseorang akan meraih kesuksesan. 

Menurtut Jef dan Mark, otak kita yang berwarna abu-abu menyimpan beberapa bagaian penting diantaranya. Konteks Serebral. Bagian yang membantu Anda mengalami dunia di sekeliling dan memikirkan dunia. Konteks Prefrontal. Bagian otak yang dikaitkan dengan pengambilan keputusan, penentuan tujuan, dan perencanaaan untuk mencapai tujuan. Termasuk pembuatan prediksi yang di dasarkan pada pengalaman masa lalu. Kortek Cingulate, membantu menyampaikan berita kepada susunan otak lain seperti fungsi kognitif dan fungsi-fungsi lainnya.

Kombinasi pakar saraf dan pakar otak ini, membeberkan hasil penelitiannya terhadap rahasia yang ada dalam kepala otak orang-orang sukses. Seperti, musisi ternama blues B.B King, peraih medali emas olimpiade Kerri Strugh, aktris Laura Linney, dan Trisha Meili atlet pelari di Central Park. Menurut penuturan buku ini, para orang-orang sukses tidak mengawali perjalanan suksesnya dengan sumber keuangan berlimpah maupun memiliki koneksi pribadi yang penting. Melainkan dengan cara mengoptimalkan otak secara strategis dan proaktif.  Sebab, otak  mampu melakukan pekerjaan sehari-hari dengan cukup baik.

Buku ini pantas menjadi pedoman bagi Anda yang sedang merindukan kesuksesan. Menurut informasi buku ini, kesuksesan tidak di tentukan oleh dimana ia dilahirkan, kecerdasan, nasib, dan uang banyak. Namun, kesuksesan yang diraih dengan mengoptimalkan otak.  Sebagaimana kisah hidup musisi ternama bernama B.B King. Yang awalnya tumbuh dalam kemiskinan. Saat berusia 21 tahun ia meninggalkan tempat kelahirannya bersama saudaranya di Misissippi menuju Memphis, Tennesses. Selama sepuluh bulan ia mempelajari tekhnik dan pertunjukan musik.

Walaupun, hasil rekamannya yang pertama kurang mendapatkan respon publik namun berkat mengoptimalkan kekuatan fungsi otak, akhirnya ia menjadi musisi kondang dan melegenda. Menurutnya, otak selalu memperbaiki dirinya sendiri sepanjang hidupnya meskipun ia tidak memiliki rencana untuk mengendalikan otaknya. Mengingat, apa yang di kerjakan kelak akan membuahkan hasil.(hal, 264) 

Dengan menggunakan tekhnik FMRI( Funcitional Magnetic Resonance Imaging).  membantu  melihat bagian-bagian otak mana yang secara relatif  lebih aktif dan ikut terlibat pada saat berpikir, emosi, dan perilaku. “Seandainya seseorang menyelinap dari belakang Anda lalu berteriak”Door” maka guncangan rasa takut menjalar keseluruh tubuh Anda berhubungan dengan meningkatnya aktifitas di dalam amigdala, yaitu organ berbentuk amandel yang terdapat di tengah lobus temporal-organ yang berkaitan dengan kemampuan mengenali ancaman dan memperkirakan kemungkinan terjadinya bahaya”.(hal, 5-6)  Debra Gusnard dkk, dari di Fakultas Kedokteran Washington University juga mendukung hasil penelitian mengenai otak. 

Menurutnya, otak orang sukses”pemenang” membakar motifasi untuk menyingkirkan kebosanan, sedangkan otak orang-orang yang kurang gigih seakan kekurangan tenaga. Dalam berupaya mengejar kesuksesan sudahkah, Anda mengoptimalkan fungsi otak? Penting sekiranya mengoptimalkan fungsi otak kita. Demi menciptakan perubahan hidup yang penuh istimewa. Konon, Einsten yang dikatakan manusia sangat pandai hanya menggunakan lima persen otak yang dimilikinya. Dengan memaksimalkan potensi otak kita membantu membawa diri ke arah yang lebih baik. Mengingat, dalam situasi dan kondisi apapun otak kita akan terus berubah. Dan, perubahan itu bergantung dari apa yang kita lakukan. 

Setidaknya, ada lima tekhnik untuk meraih kesuksesan. Pertama, keseimbangan; membuat emosi bekerja sesuai keinginan Anda. Kegigihan: menciptakan”otak tahan banting”(failure resistan brain. Radar peluang: menemukan kemungkinan hebat yang tertutup masalah. Laser sasaran: mengikat atau mengunci sesuatu yang penting. Akselerator Usaha: memperkuat dorongan untuk sukses.Kehadiran buku ini, sekaligus menjadi paradigma baru bagi Anda yang sedang mengejar karir untuk sukses. Selamat membaca!

Ahmad Faozan, Bergiat di Renaisant Institute, Yogyakarta


Kisah Pertentangan Bathin Wanita



Judul Buku: Aku Lupa Bahwa Aku Wanita
Penulis: Ikhsan Abdul Quddus
Penerbit: Alvabet
Tahun: 1, April 2012
Tebal: 228  halaman
Harga: Rp 40.000


Selama ini dunia politik acapkali dipandang sebagai dunianya kaum laki-laki. Menurut pandangan sebagian orang, dunia politik penuh intrik dan lobi. Wanita kurang layak berada di dalamnya. Memang  sudah banyak wanita menjadi Menteri dan Politisi namun masih dalam skala kecil. Sempitnya ruang yang diberikan kepada wanita membuat posisi strategis seperti jabatan publik banyak di dominasi oleh kaum laki-laki. Selama berabad-abad wanita juga selalu mendapatkan ruang gerak yang sempit baik dalam kehidupan keluarga maupun sosial. Konon, dahulu  wanita hanya diberikan kewenangan dalam tiga hal yakni, urusan dapur, sumur, dan kasur. Tak pelak, diskriminatif terhadap wanita tak terelakan. Bukankah, wanita juga berhak menetukan kariernya?

Novel ini, mengisahkan kisah perjuangan Suad, politikus wanita dari Mesir. Sebagai tokoh politisi ia berusaha untuk merubah paradigma keluarga dan masyarakat yang hidup di sekitarnya, bahwa kaum wanita itu tidak lemah. Dan berhak menentukan karirnya dalam kehidupan sosial. Wanita bukan sebuah pabrik yang menopang keberlangsungan masyarakat. Salah satu faktor yang membuatnya ingin tampil berbeda dengan wanita pada umumnya yakni, supaya menjadi pribadi yang memimpin. Sebab, “ia tidak mau menjadi wanita hanya sekadar menunjukan ketaatan kepada perintah, melainkan atas sikap memerintah yang argumentatif ”.(hal, 5) Baik dalam wilayah keluarga maupun sosial. Bukankah, wanita juga memiliki hak yang sama dengan kaum laki-laki untuk mengenyam pendidikan dan berkontribusi dalam ranah sosial?

Bagi Suad, ikut andil dalam pergerakan sosial memang dianggap tidak lazim. Namun, sampai kapan hal semacam itu akan tetap berlangsung?  Sebagai wanita tentu memiliki rasa yang sama dengan kaum laki-laki untuk mewujudkan karirnya dalam ranah sosial. Ia, memulai memulai membangun kariernya sebagai aktifis dan tokoh politik berawal dari perkumpulan di dalam kampusnya. Yang akhirnya, menambah jaringan dengan para politisi, praktisi hukum, dan ahli sosial diluar kampus.

Hidup dalam budaya patriakhi tak dapat dipungkiri bahwa peran wanita sangat sempit. Bahkan, selalu tidak mendapatkan ruang untuk menentukan pilihan hidup yang sesuai dengan pilihannya. Bagi Suad, mengembangkan karier untuk menjadi politisi merupakan pilihan hidup yang tidak lazim khususnya di negara seperti Mesir. Ia pun terkadang harus melarikan diri dari tabiatnya sebagai seorang wanita. Demi, mengejar ambisi dan kariernya menjadi wakil rakyat tak ada yang mampu menghalanginya. Sekalipun keluaraganya. Setidaknya ada beberapa persoalan krusial yang menjadi tantangan bagi wanita karier. Terlebih, pasca membangun keluarga.

Setidaknya, ada beberapa tantangan berat yang harus dihadapi wanita dalam memperjuangkan kariernya sebagai tokoh pergerakan sosial. Terlebih, ketika si wanita sudah berkeluarga. Diantaranya, bertanggungjawab dalam urusan keluarga. Sebab, beban itu menjadi sebuah tuntutan dan kewajiban bagi kaum wanita dalam urusan mendidik dan bertanggungjawab kepada anak. Ironisnya, laki-laki menuntut sepenuhnya kepada wanita. Padahal, pelbagai masalah keluarga seperti anak merupakan tanggungjawab kedua belah pihak.

Kedua, sosial. Membangun hubungan sosial dengan masyarakat luas diluar merupakan hal terpenting bagi seorang aktifis. Untuk membangun jaringan. Stigma negatif masyarakat mengenai wanita di ruang publik selalu di penuhi muatan negatif dan kecurigaan. Tentunya, untuk mengembangkan jaringannnya menjadi susah. Bagi Suad, kehidupan pribadi dan rumah tangga tidak lebih mudah dibanding mengembangkan karier dan pekerjaan.

Namun, ia tak pernah kendur dalam berjuang menentukan kariernya du dunia perpolitikan. Salah satu capaian kesuksesan yang Suad raih saat mewujudkan kariernya yakni, menjadi salah satu anggota perwakilan rakyat dari kaum wanita. Walaupun, ia sempat mendapat pertentangan dari keluarga dan masyarakat namun ia telah mengukir sejarah dalam menciptakan kemerdekaan bagi “Mesir”negerinya. Pasalnya, selama berpuluh-puluh tahun di Mesir kaum wanita tidak pernah mendapatkan ruang gerak baik dalam keluarga maupun sosial.

Buku setebal 228 halaman ini, merupakan sebuah refleksi tuntutan kesetaraan jender, di kemas dalam bahasa sederhana dan mengesankan serta kaya akan muatan filsafat membuat pembaca mudah mencernanya. Sebagai buah dari andil pergerakan kaum wanita di Mesir, kini ruang gerak kebebasan wanita semakin terbuka. Selamat membaca!

Peresensi Ahmad Faozan, Bergiat di Renaisant Instute, Yogyakarta.

Petunjuk Bagi Penulis Mubtadi



Judul Buku: Jadi Penulis Siapa Takut
Penulis:  Alif Danya Munsyi
Penerbit: Kaifa
Tahun: 1, Maret  2012
Tebal: 270 halaman
Harga: Rp 41. 650


Bagi penulis mubtadi, jalan menjadi penulis awalnya memang sangat berat. Selain harus belajar membiasakan membaca sebelum merangkai kata-kata untuk menjadi kalimat juga berlatih secara konsisten. Tanpa membaca sudah pasti seorang penulis akan krisis ide jernih.“Menulis juga dapat diibaratkan sebagai cempiang yang menguasai segala senjata, jawara yang menguasai semua gaman, serta pendekar yang menguasai semua jurus silat”.(hal, 10)

Buku ini, memberikan petunjuk menulis apa saja misalnya, cerpen, novel, puisi, dan esai? Berbekal pengalamannya menjadi wartawan, Alif menuangkan beberapa strategi menulis. Dari mulai langkah awal hingga puncak kemahiran ia paparkan di buku ini. Menurutnya, syarat utama bagi para calon penulis yakni, gemar membaca. Pasalnya,  membaca merupakan modal menjadi penulis. “Kalau tidak suka membaca, kita telah memberikan jawaban yang pasti, bahwa kita tidak punya bakat menjadi penulis”.(hal, 7) Wajar, jika banyak orang berharap bisa menulis, namun tidak pernah terwujudkan.

Salah satu resep jitu yang diperkenalkan Alif dalam buku ini yakni, Membaca Adalah Belajar, Kebudayaan Menulis, Pemahaman Kata-kata, Membaca Terjemahan, Menulis Esai, Kritik dll. Bahkan, menuliskan apa saja teruraikan dalam buku ini. Dengan demikian, membantu membukakan pintu bagi siapa saja yang berhasrat menjadi penulis. Ia juga mencontohkan cara membuat karya tulisan Esai.

 “Sebuah Esai yang bagus, enak, dan menarik, di dalam sebuah media pers, adalah yang tidak panjang, sebaliknya pendek tetapi dalamnya selesai masalah aktual dan faktual yang dibahas.”(hal, 139) Membuat tulisan seperti, novel, cerpen, puisi, esai dll memang tidak semudah seperti membalikan tangan, berbagai perasaan takut, minder, dan banyak mengalami kesulitan kerap mencuat. Nah, disinilah peran seorang guru menulis. Tentunya, kehadiran buku ini, menjadi semacam pedoman bagi siapa saja yang hendak memahami dunia literasi.

Ditengah kondisi sekarang ini, dimana peradaban membaca dan menulis berada dalam titik kemunduran.  Misalnya, banyak kaum terpelajar yang hanya membuat karya tulis sekedar copy paste. Akhirnya, perbuatan kurang terpuji seperti plagiarisme merebah dimana-mana. Penting sekiranya, membangkitkan semangat membaca dan menulis  khususnya di kalangan pelajar. Menulis merupakan kerja intelektual. Tanpa maksud mengurui, memulai menulis itu tidak mengharuskan seseorang menguasai banyak teori namun asupan dari orang-orang yang berpengalaman di dunia tulis menulis itu amat dibutuhkan.

Sebagai kritik pada buku ini, sajian isi buku ini kurang menarik. Misalnya, semua materi di bingkai dalam satu poin. Sehingga tatkala pembaca asyik menikmati sajian buku ini akan merasakan kebosanan dan kejenuhan. Kendati demikian, buku yang ditulis oleh seorang wartawan ini patut untuk diberikan apresiasi. Mengingat, buku ini membantu mencairkan berbagai kendala penulis mubtadi.

Penulis yang memiliki banyak nama samaran ini, sudah tak dapat diragukan lagi intregritasnya dalam dunia literasi. Selain menguasai aksara Arab, Cina, Yunani dan Ibrani juga pernah meraih penghargaan Tirto Adhi Soerjo Award(2008) dan Kartu Pers Nomer Satu(2010) kategori wartawan.  Tentunya, amat menjadi motifasi sendiri bagi Anda yang hendak belajar darinya. Temukan dan dapatkan petunjuk menulis apa saja dalam buku ini. Selamat membaca!

Ahmad Faozan, Bergiat di Renaisant Institute, Yogyakarta