Di Muat Bisnis Indonesia
22, April 2012
Judul Buku:Compasion:12
Langkah Menuju Hidup Berbelas Kasih
Penulis: Karen Amstrong
Penerbit: Mizan
Tahun: 1,
2012
Tebal: 243 halaman
Tebal: 243 halaman
Harga:RP 39.000
Siapa orang yang tidak ingin hidup damai dan penuh kasih antar sesamanya?
Kehidupan manusia saat ini, mudah sekali di warnai dengan berbagai tindakan
konyol. Bahkan, kurang menghargai peri kemanusiaaan dan cenderung berbuat semau
hati. Misal saja, memperlakukan orang lain lebih rendah. Tentunya berseberangan
dengan ajaran agama yang menuntut seseorang untuk berbuat saling asih-mengasihi
dalam banyak hal. Bukankah, semua orang di hadapan Tuhan itu sama terkecuali
ketakwaannya?
Walaupun semua agama sudah mengajarkan ajaran belas kasih kepada pemeluknya, nampaknya
masih saja belum di praktekan dengan baik. Penting sekiranya, saat ini bagi siapa saja di
muka bumi untuk membangun sebuah komunikasi global yang di dalamnya semua orang
dapat hidup bersama saling menghormati satu sama lain. Tanpa memandang
embel-embel agama, suku, ras, dan etnis. Sehingga kehidupan bermasyarakat yang harmonis dapat tercipta.
Karen Amstrong lewat buku terbarunya ini, mengajak kepada kita untuk
memetik inti dari ajaran semua agama yakni “Belas Kasih”. Ada 12 Langkah menuju
hidup berbelas kasih yang hendak diperkenalkannya. Pertama, Belajar Tentang
Belas Kasih, Bagaimana Seharusnya kita berbicara dengan sesama, Kepedulian
untuk Semua, dll. Dengan memperaktekan ajaran belas kasih dalam kehidupan, di
harapkan semua orang akan merasa terasa terangkat harkat dan maratabatnya dalam
pergaulan.
Menurut Karen Amstrong, menempatkan diri kita dalam posisi orang lain,
untuk merasakan penderitannya seolah-olah itu adalah penderitaan sendiri, dan
secara murah hati masuk kedalam sudut pandangnya menjadikan sebuah penawar bagi
masalah yang di hadapi semua orang di zaman ini. Hal itu, juga sebagaimana
prinsip ajaran Guru Bijak Konfusius(551-479 SM)”jangan kau lakukan kepada orang
lain apa-apa yang kau tidak ingin mereka lakukan kepadamu.”(hal, 15)
Apapun alasanya, demi kepentingan pribadi maupun kelompoknya, seseorang tetap tidak di perkenankan tidak memperdulikan
sesamanya terlebih kepada saingannya. Sebagaimana, perbuatan belas kasih yang
pernah di praktikan oleh Nabi Muhamad Saw dalam menyebarkan ajaran Islam. Untuk
melawan keangkuhan kaum Jahiliyah dengan cara melestarikan nilai-nilai
kemansiaan seperti kebebasan. Sehingga ajaranya dapat di terima oleh umat
manusia.
Semesetinya, tradisi belas kasih harus di terapkan oleh seseorang dalam
kehidupan sosial. Mengingat, belas kasih merupakan sesuatu yang alami bagi
manusia. Sekaligus pemenuhan watak manusiawi untuk menyisihkan ego kita kedalam
tenggang rasa yang secara konsisten terhadap orang lain. Tak dapat dibayangkan,
jika diri kita terprogram untuk mengejar kepentingan kita sendiri tanpa peduli
apapun kepada orang lain. Bukankah, kita semua juga makhluk yang sempurna?
Untuk itulah belajar hidup berbelas kasih menjadi penting dalam kehidupan.
Terlebih, di tengah kondisi kehidupan manusia saat ini yang semakin gila dengan
duniwai. Seperti, gila jabatan, rakus, tamak dll. Buku ini, memberikan wejangan
kepada para pembaca supaya berlatih untuk melatih kembali respon kita dan
membentuk kebiasaan mental yang ramah, lemah, lembut, dan tidak di warnai
ketakutan pada orang lain. Sehingga proses itu akan menjadi kebiasaan seumur
hidup.
Dengan hdiup berbelas kasih antar sesama kehidupan yang harmonis akan
tercipta. Diri kita juga
akan belajar
mengenai tuntunan syaraf otak dan persyaratan tradisi kita. Dalam buku
ini, Karen Amstrong juga merekomendasikan kepada pembaca untuk mencari bacaan
lebih lanjut yang bisa membantu Anda memperluas pengetahuan tentang tradisi
Anda sendiri dan orang lain. Akhirnya, layaklah buku ini untuk di baca oleh
siapa saja.
Peresensi Ahmad
Faozan, Ketua Himpunan Mahasiswa Santri Alumni KeluargaTebuireng, Yogyakarta