Kamis, 21 November 2013

SAYATAN KATA-KATA MARCOS



Judul Buku: Kata Adalah Senjata
Penulis: Subcomandante Marcos
Penerjemah: Roni Agustinus
Penerbit: Resist Books
Cetakan: 1, April 2005
Tebal: 334 halaman
ISBN: 979372345-5




"Katakan "TIDAK"pada perang. Juga "TIDAK" pada rasa takut, pada kemunduran, "TIDAK" pada penyerahan kalah, "TIDAK" pada pelupaan, "TIDAK"pada celaan akan kemanusiaan kita. Inilah "TIDAK"pada kemanusiaan Neoliberalisme". Agustinus(penerjamah), "Kata Adalah Senjata": (Marcos. halaman 40.)

Sepatah kata tulisan diatas menggambarkan isi buku ini. Marcos, nama aktor intelektual Zapatista, yang terpampang dengan jelas dalam sampul buku ini, senantiasa menyembunyikan wajahnya.Meskipun sekilas kelihatan seorang pemberontak, yang seringkali memiliki konotasi angker, namun tidak bagi Dia. Dia berhasil menghidupkan ruh kata-kata dan menjadikannya sebagai senjata andalannya. Sayatan kata-katanya mampu menandingi tajamnya pedang. Dan dahsyatnya sebuah mortil.
Dia memberontak kepada pemerintah Meksiko, karena  kejam kepada rakyatnya. Demi cita-cita mulia dan untuk menegakan kebenaran, Marcos bersama Ejerito Zapatista de Libracion Nacional (EZLN) atau Tentara Pembebasan Nasional Zapatista setia mengawal dan mengomando masyarakat Adat, Chiapas, Meksiko berjuang. Peran Subcomandante Marcos nampak dalam gerakan Zapalista. Sekalipun persenjataan perang”modern” (seperti mortil dan sejenisnya) selalu menjadi alat utama untuk membungkam dan menaklukan lawan. Sama sekali tak membuatnya tertarik. Ia mampu membangun komunikasi politik yang menawan dengan kelompok minoritas.
Pemerintah sebagai penanggungjawab utama terhadap bangsa dan rakyatnya tak mau mendengarkan jeritan dan isak tangis anak-anak."Kita semua telah menjadi cermin pergulatan antara kampung global dan kampung lokal, antara intregrasi ekonomi pada taraf dunia dan loyalitas pada komunitas, ingatan, tradisi. Namun atas segenap iming-iming materiil perdagangan bebas dunia, faktanya adalah tak seorang pun hidup dalam ekonomi-makro".(halaman 13) ]
Tanpa sebuah prediksi gerakan ini mampu menciptakan sejarah baru bagi kehidupan masyarakat di Meksiko. Bahkan, menyihir dunia internasional. Padahal dalam aksinya hanya bersenjatakan buku-buku sastra. Marcos menyusun dan membingkai tulisannya dengan balutan sastra untuk melawan pemerintah, yang sekian lama melakukan penindasan terhadap rakyat. Perlakuan kurang memanusiakan terhadap kelompok minoritas di Chiapas. Sebuah tempat yang notabene dihuni oleh masyarakat Adat, dimana kalangan perempuan dan anak hidup jauh dari penghargan dan penghormatan. Sudah hidup miskin, dirampas pula haknya. Dalam tulisannya, ia menguraikan realitas kehidupan sosial sejujurnya.
Seni Berpolitik
Masyarakat adat di Chiapas hidup serba tak berkeadilan dan keberpihakan. Mereka diekploitasi ketimbang diasingkan. Mendorong Marcos beraksi melakukan perubahan. Awalnya, ia bingung harus dengan cara apa membakar semangat masyarakat Chiapas. Mereka benar-benar lumpuh setelah sekian lama hak hidupnya diamputasi dan dipasung oleh rezim pemerintah Meksiko. Sejak itulah, Marcos secara istiqamah memberondong dengan tulisan.
Seharusnya dalam abad milinium semua negara bangsa di belahan dunia manapu menjadikan tatanan kehidupan yang mulia dan beradab. Namun, sayang kesemuanya itu hanya terjadi di alam mimpi manusia. Yang ada hanyalah sebuah penjajahan. Dalam pengertian berlomba-lomba menjadi penguasa dunia. Negara-negara besar di dunia mencari muara kehidupan (yang ujung-ujungnya hanya menindas dengan kebijakan politiknya) sesat. Misal saja, kebijakan negara Adikuasa terhadap bangsa kita dalam bidang ekonomi.
Betapa pengaruh kepentingannya melebihi kebutuhan bangsa dan rakyat Indonesia. Sehingga, sumber kekayan bangsa ini, seperti kontrak Freport bertahan lama. Hegemoni Amerika terhadap Indonesia secara tidak langsung juga menuntut kepatuhan mutlak. ”Mari memandang dalam diam, mari kita belajar mendengar, barangkali kita nanti akhirnya sanggup mengerti.”(halaman 7)

Dalam media Rebelta, no 7, Mei 2003 Marcos menuliskan tujuh pemikirannya. Menurutnya, segal ide pemikirannya bertujuan untuk membuka ruang diskusi bersama. Pertama, Teori(dan analisa politiknya) dalam gerakan sosial dan politik. Dimana segala refleksi teoritisnya bukan mencerminkan orang Zapatista murni, melainkan tentang realitas dimana melancarkan aksinya. Mereka memiliki anggapan, dengan mencatat dan menganalis bukan sekedar untuk mengetahui tentang apa yang terjadi, namun juga untuk menjajal dan mengubahnya. Kedua, negara bangsa dan polis.  
Sekarang ini, Negara-Bangsa yang  memiliki predikat Adikuasa (Amerika Serikat) hanya eksis di televisi, radio, koran, dan majalah serta bioskop. Dalam pabrik impian konsorium media raksasa itu, presiden tampak cerdas dan bersimpatik, keadilan selalu menang. Masyarakat selalu menang menghadapi sang tiran, pemberontakan dihadapan kesewenang-wenangan berhasil dengan cepat dan efektif, dan bahagia selamanya”. Tetapi dalam realitas, yang terjadi sesungguhnya sebaliknya.
Bahkan, segala hal yang tak bisa ditaklukan dengan uang, dapat dilakukan dengan korporasi. Proyek ini, didirikan diatas reruntuhan negara bangsa. Ketiga, politik. Bila uang adalah dinamit, politisi adalah”reserse” penghancuran. Dengan menghancurkan dasar-dasar negara bangsa, kelas politik tradisional juga menghancurkannya alibinya: para atlet politik yang maha bertenaga itu kini memandang, dengan takjub dan tak percaya, pada mereka si penjaga tokoh, yang tak punya gagasan apapun soal tata kelola negara. Ia bukannya mengalahkan mereka, ia begitu saja menngantikan mereka. Kelas politik tradisional tak mampu membangun kembali fondas-fondasi Negara-Bangsa, dll.
Aksi  unjuk diri  dari Marcos, dkk sangat ciamik. Perjuangannya diperuntukan untuk kebersamaan semua. Bahkan, menjadi ilham bagi dunia pergerakan sosial di dunia modern ini. Meracik komunikasi politik dengan sastra menjadi senjata yang sangat ampuh dan tepat ke sasaran. Menggugah kita bersama bahwa kegiatan melakukan penyadaran lewat kata-kata akan lebih efektif menusuk jantung manusia. Ketimbang senjata modern yang banyak dilakukan oleh Militer. Selain tak beradab juga mengancam peradaban manusia.
Menurut anggapan saya, apa yang dilakukan oleh Rony Agustinus, selaku penerjamah, buku ini, pantas kita apresiasi. Buku ini, merupakan kumpulan (tulisan)komunikasi Markos. Yang tersirat dalam surat-surat perlawanannya. Membantu pembaca memahami mengenai sekelumit gerakan Zapalista. Yang sebelumnya tercover dalam buku "Bayang Tak Berwajah"yang juga menjadi referensi utama mengenai Marcos. Amat diasayangkan, Anda kaum pergerakan dan pejuang sosial mengabaikan buku ini. Selamat membaca!!
Peresensi adalah Fao, Jamaah Salik, (Santri Anti Liberalisme dan Kapitalisme) Tebuireng, Jombang, Jatim.
 

2 komentar: