Rabu, 10 April 2013

Ngaji Kitab Kuning Ke Kiai Bule

Diterbitkan oleh WAWASANews.com  
Pada Wednesday, April 10, 2013

Judul Buku: Berguru Ke Kiai Bule: Serba-serbi Kehidupan Santri di Barat
Penulis :Sumanto, dkk
Penerbit:Naura Books
Tebal: 275 halaman
Tahun: 2013
Harga: Rp. 45.900
ISBN:978-602-7816-06-0



Selama berabad-abad pesantren menjadi miniatur bagi lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Terlebih pesantren yang memiliki predikat Salafiyah, yang masih kental dengan pengajaran kitab kuningnya, ia memiliki posisi yang unggul dan selalu memiliki pengaruh besar bagi sebagian masyarakat Indonesia. Meskipun gelombang modernisasi tak dapat dibendung masuk ke negeri ini, lembaga pendidikan seperti pesantren dianggap sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam yang masih tetap berdiri kokoh.

Seiring dengan beralihnya peradaban keilmuan dari negeri Timur ke Barat, kini banyak lulusan kaum sarungan ”santri” yang berlomba-lomba mencari beasiswa untuk memperdalam keilmuan keislaman di negeri Barat. Mereka tidak lagi mengaji kitab kuning kepada para kiainya untuk memperdalam kelimuaan keislaman, melainkan kepada mereka para kiai bule dari negera-negara sekuler. Tentu saja, hal itu menerobos keluar ke kultur masyarakat tradisional. Konon, lembaga pendidikan di Barat seperti kampus tidak saja menarik simpatik para pelajar di belahan dunia, namun juga para dosen-dosen muslim dari Asia dan Afrika.

Buku bertajuk “Berguru Ke Kiai Bule: Serba-serbi Kehidupan Santri di Barat” karya Sumanto Al-Qurtuby dkk, yang dulunya jebolan pesantren-pesantren Salafi di Jawa mencoba menuliskan pengalamannya selama belajar di Barat. Merasa tak cukup ilmu dan pengalamannya, lantas mereka melakukan rihlah ilmiah untuk memperdalam keilmuan keislamannya di Barat seperti Amerika, Kanada, Meksiko, Jerman, Belanda, dll. 

Menurut kontributor penulis buku ini, meskipun bukan di negeri kaum muslim, banyak para profesor dan pakar ilmu kesilaman yang mengajar di kampus-kampus top dunia. Seperti Prof. Boner, ahli sejarah Islam dan mahir berbahasa Arab. Intregritasnya tak dapat diragukan, khususnya kitab-kitab fiqh klasik yang selama ini menjadi bahan ajar di seluruh pesantren-pesantren. Kemudian, Prof. Jakson, ahli fiqih dan ushul fiqh. (hlm. 9)

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan di dunia Barat saat ini, menjadikan salah satu alasan bagi para pelajar untuk berhijrah ilmiah ke Barat. Bahkan, demi untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas mereka harus bersaing dengan ribuan orang. Padahal, jika kita kembali memutar roda sejarah, pada abad pertengahan (4 Hijriyah) dan melihat bagaimana peradaban yang berkembang di dunia Eropa  saat itu masih primitif. Semangat keilmuan dari para kaum sekuler patut untuk diberikan apresiasi, mengingat kini peradaban Islam yang dulu pernah berjaya sedang mengalami kemunduran.

Ditengah kondisi umat Islam Indonesia yang kini sedang di gempur dengan gerakan Islam radikal, yang menggembor-gemborkan hidup harus Islami dan memeluk Islam harus secara kaffah(kesempurnaan), menjadikan Al-Qura’an dan hadis sesuai dengan penafsirannya sendiri-sendiri dan tidak mau melihat tafsir orang lain. Tak pelak, Islam yang mereka praktikan kaum radikal tidak ramah dan toleran. Mereka juga rajin berdalil berbuih-buih, mengabaikan nalar sehat, menolak sejarah, dan mengabaikan literatur serta logika yang runut. 

 Ironisnya, mereka juga menyerang para santri lama (NU dan Muhammadiyah), yang dianggap kurang islami dan tidak sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan hadist. Padahal salah satu ibadah yang paling diutamakan dalam Islam adalah menuntut ilmu tanpa memandang agama maupun guru. Mereka juga meninggalkan ilmu lainnya seperti, tafsir, fiqh, kalam, filsafat, tasawuf,  ilmu nahwu-shorof, dan mantiq.         

Ahmad Faozan, alumnus PP. Tebuireng Jombang


Menjemput Keajaiban Allah

Judul Buku: Terapi Sedekah: Terbukti Nyata
dari Masa ke Masa untuk Penyembuhan Penyakit dan Kelancaran Rezeki
Penulis: Manshur Abdul Hakim
Penerbit: Zaman
Cetakan: I, 2013
Tebal: 212 Halaman





Fitnah yang menimpa seseorang bersama keluarga, harta, dan tetanggannya bisa dihapus, dengan puasa, shalat, sedekah, dan amar makruf nahi munkar.(HR. Bukhari dan Muslim).

Sedekah merupakan salah salah satu amal ibadah yang memiliki dampak yang luar biasa bagi siapa saja yang mengerjakannya. Bersedekah tidak harus dengan materi, namun juga bisa berupa mengucapkan kalimah pujian kepada Allah. Serta hasil dari pemikiran dan tenaga seseorang. Kesemuanya itu terpenting adalah meniatkan diri untuk bersedakah. Sebaliknya, jika orang enggan maupun antipati akan bersedakah akan mendapatkan balasan Allah. Seperti, kehidupannya berantakan, galau, dan terkena musibah.

Dalam ajaran Islam, suatu peristiwa akan terjadi jika persyaratan untuk beroperasinya hukum(sunnah) Allah yang menghasilkan kejadian itu terpenuhi. Misalnya, orang yang lalai dalam hidupnya, yakni tak menyempatkan diri bersedakah, kepada Allah. Dengan terpaksa Allah akan menguji seseorang dengan berbagai macam cobaan baik yang berupa penyakit maupun kesengsaraan hidup. Sesungguhnya, segala macam marabahaya muncul akibat perbuatannya.

Gemar bersedakah, dengan cara investasi amal perbuatan baik, baik untuk bertujuan menambah pundi-pundi pahala maupun sebagai benteng akan murka Allah yang sewaktu-waktu menerpanya seseorang, atas perbuatan yang mungkin sering dilanggarnya, penting dilakukan. Bukankah, hal demikian penting dilakukan oleh seorang mukmin?

Hal inilah yang hendak di sajkikan Mansur dalam bukunya yang bertajuk, “Terapi Sedekah: Terbukti Nyata dari Masa ke Masa untuk Penyembuhan Penyakit dan Kelancaran Rezeki”. Menurut Manshur Abdul Hakim, sedekah merupakan salah satu pintu kebaikan sekaligus obat penyembuh bagi semua penyakit, yang juga sangat dianjurkan oleh Allah Yang Maha Benar. Bahkan, keutamannya sangat besar.

Setidaknya, ada beberapa macam khasiat sedekah. Pertama, sedekah dapat meredam murka Allah. Kedua, dapat menjadi hal efektif dalam menghapus dosa. Ketiga, dapat menyelematkan dari siksa neraka. Keempat, pada hari kiamat, pemberi sedekah berada dibawah naungannya sedekah. kelima, sedekah juga bisa menyembuhkan penyakita jasmani. keenam, dapat mengobati penyakit hati. ketujuh, dapat menepis segala jenis musibah. kedelapan, menaikan derajat keimanan, dll.

Ditengah krisis spiritual yang sedang mewabah umat manusia sekarang ini, menjadikan diri kita sebagai orang yang berada dalam garis terdepan dalam mendekatkan diri kepada Allah, penting dilakukan. Mengingat, keterasingan diri dari Allah justru akan menjadikan hidup semakin tidak karuan. Bahkan, tidak sedikit orang yang lalai kepada Sang Khalik. Kehidupannya dipenuhi kesialan.

Tentu saja, hal demikian tidak ada yang bisa membantu kecuali, Allah. Bukankah, ketika kita selalu dekat dengan Allah hati dan pikiran menjadi tenang. Bahkan, terhindar dari segala macam malapetaka yang membahayakan diri maupun keluarganya. Terapi dengan sedekah sudah banyak dilakukan oleh mereka yang selalu tak bisa lepas dari Allah. Bahkan, melalui bersedekah Allah menunjukan langsung kebesarannya. 

Sebagai bukti kisah Syaikh’ Abdul Hadi di Aleppo Suriah, yang diangkat penulis buku ini, dimana suatu hari putranya terkena penyakit yang sangat parah. Bahkan, sudah mendapat vonis dari dokter tak mungkin dapat diselamatkan. Penuturan sang dokter yang juga mengandung pesimisme membuat hati Syaikh semakin panik karena harus kemana lagi ia meminta bantuan. Beliaupun lantas bersedekah kepada Allah dengan mengharap kesembuhan kepada Allah, dalam hatinya. Tanpa menunggu lama, puteranya membaik.

 Dengan begitu, beliau pun semakin yakin bahwa sedekah mengandung khasiat yang luar biasa bagi penyembuhan penyakit anaknya. Bahkan,  bersedakah selain dapat menjadi jalan alternatif untuk menangkis kesialan dan ketidakberuntungan diri dan keluraga. “Harta tak akan berkurang karena bersedekah”.(hal,83)
Kehadiran buku ini, mengajak pembaca untuk mengisi kekosongan jiwa dengan amal perbuatan yang baik sekaligus mengamalkan ajaran agama khususnya dalam hal sedekah. Tentunya,  menjadi solusi praktis bagi umat Islam saat berhadapan dengan berbagai permasalahan hidup.

Pembaca buku tinggal di Yogyakarta