Sabtu, 25 Desember 2010

1



Judul : Sejuta Hati Untuk Gus Dur (Sebuah Novel dan Memorial)
Pengarang : Damien Dematra
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2010
Tebal : 426 halaman
Presensi : Ahmad Faozan
 Mengulas sepak terjang Gus Dur

Tepat pada tanggal 18 Desember kemarin merupakan khaul alamarhum Gus Dur.
Bagi kebanyakan orang, Gus Dur adalah salah satu tokoh pemersatu umat manusia yang tak dapat di lupakan begitu saja. Kehadiran GD di tengah-tengah masyarakat sangat di kenal sebagai tokoh pejuang pluralisme.

Pribadi Gus Dur yang tidak kenal lelah, terus menerus digunakan untuk membangkitkan kesadaran manusia, bahwa untuk menjadi seorang manusia sejati adalah menjadi manusia yang benar-benar berguna bagi orang lain. Dengan begitu, menjunjung toleransi serta menghargai perbedaan dan keyakinan tak lain adalah bertujuan menciptakan kehidupan social yang penuh kedamaian, kerukunan, serta kebersamaan.

Buku ini, adalah bukti sejarah rekam jejak kehidupan Gus Dur sewaktu hidupnya. Sehingga para generasi bangsa selanjutnya mau mencontoh, meneladani, dan mampu meneruskan perjuangan pemikiran serta gagasan Gus Dur.
Membaca buku ini, setidaknya dapat menjadi penawar rindu buat kita kepada Gus Dur.
Jika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seseorang menemui benih-benih perpecahan, maka ingatlah Gus Dur. “Hargailah perbedaan pendapat serta junjunganlah tali persaudaraan diantara kalian”. Siapapun dia, agama, ras, suku dan etnis harus dapat hidup damai. Hal demikian adalah bentuk rasa tanggung jawab kita kepada Tuhan beserta kehidupan sosial di dunia ini.

Sebagai Cendekiawan Muslim Gus Dur menyatakan bahwa” Sesungguhnya setiap agama memberikan sebuah ruang kebebasan bagi orang lain untuk dapat hidup dan mengamalkan apa yang di yakininya tanpa pemaksaan dari pihak manapun” Sehingga dalam menjalani kehidupan tercipta keharmonisan (Hal 240).

Begitulah, serangkum fakta terkait tentang tata cara hidup bermasayarakat dipraktekan Gus Dur. Maka, tidak salah jika banyak orang mengaguminya. Dan, setidaknya cara seperti itulah yang harus kita praktekan dalam hidup berbangsa dan bernegara kapanpun dan dimanapun.

Nampak, cita-cita Gus Dur dalam hidupnya hanya berjuang untuk “menjadi pemimpin nomor satu di Indonesia sekaligus pembela kemanusiaan, bagi kaum minoritas dan tertindas, penjunjung pluralisme” tidak sedikit banyak orang meminta perlidungan di belakang dirinya. Pemikiran Gus Dur sangat maju dan modern. Terlihat komitmen Gus Dur untuk menata masyarakat yang rukun dan damai tanpa adanya kekerasan sedikit pun (Hal 264).
Gus Dur, pantas di anggap menjadi tokoh idola di abad modern. Peran dan kotribusinya, terbukti mampu menyatukan beberapa element untuk dapat hidup bersama dalam satu tempat yaitu ”kedamaian”. Ia, menjadi makhluk Tuhan yang dalam hidupnya tak pernah mengeluh atau bersedih hati sedikit pun dalam kondisi apapun.
Dan, Ia selalu menjalani kehidupannya dengan penuh semangat dan tak pernah putus asa.
Sikapnya terkesan tak mau menyerah atas segala persoalan yang dihadipnya, Ia selalu selalu menujukan sikap gigih, optimis, dan keras dalam memperjuangkan nasib yang di alami kaum tertindas. Kesemua itu, merupakan karakter kepribadiannya yang tak mungkin bisa di cegah maupun di pisahkan oleh siapapun.

Ketulusan Gus Dur dalam mengabdikan dirinya kepada bangsa, agama serta masyarakat tak lain hanyalah bertujuan agar terciptanya tatanan masyarakat yang penuh dengan kedamaian. Tanpa kehadirannya (GD) barangkali Pluralisme di Indonesia hingga kini tak pernah tebangun. Pemikiran dan gagasannya merupakan sumbangsih terbesar Gus Dur yang menjadi amal jariah sewaktu hidupnya.

Buku ini, menjadi bacaan wajib bagi mereka yang mengidolakan, mengagumkan dan mengenal sosok Gus Dur. Perlu di ketahui bahwa, Gus Dur, bukanlah milik keluarga, sahabat, maupun kerabatnya, namun Ia adalah milik kita bersama. Gus, kini kita merindukanmu.





oleh
Ahmad Faozan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar