Minggu, 16 Oktober 2011

Internet Menumpulkan Otak

Di Muat di Koran Jakarta
Sabtu, 15 Oktober 2011


Judul : The Shallows: Internet Mendangkalkan Cara Berpikir Kita
Penulis: Nicholas Car
Penerbit: Mizan
Tahun: 1, Juli 2011
Tebal: 376 halaman
Harga:Rp44. 200


Dewasa ini, internet menyajikan berbagai layanan yang memanjakan manusia. Misalnya, tempat untuk berkomunikasi dengan seseorang di kejauhan. Cukup berada di depan internet, seseorang mampu mengirim pesan secara langsung.

Wilayah hiburan seperti Facebook dan Twitter menjadi salah satu layanan yang digemari oleh kebanyakan orang. Padahal, di balik kesempurnaan internet ada hal yang membahayakan bagi penggunanya, yakni mendangkalkan otak. Bilamana saraf otak sudah diracuni internet, mengajak otak untuk berpikir kreatif menjadi pasif.

Buku Shallows: Internet Mendangkalkan Otak ini mencoba menguak bahaya internet bagi otak. Nicholas Carr, penulis buku ini, mengajak pembaca untuk sadar akan internet. Kurangnya wawasan mengenai bahaya internet membuat sebagian orang terjerumus hal negatif serta menjadi korban.

Seharusnya kehadiran internet dapat kita manfaatkan bukan untuk disalahgunakan. Di tengah-tengah kehidupan masyarakat, sudah banyak korban dari dampak negatif internet karena kurang mengetahui dampaknya.

Misalnya, maraknya perbuatan asusila yang dilakukan oleh kaum muda setelah membuka situs-situs seronok yang beredar bebas di internet. Kemudian, plagiarisme di kalangan pelajar bahkan dosen pun marak.

Memang benar, internet membantu pekerjaan kita, namun secara diam-diam internet juga ikut membentuk pikiran dan memengaruhi perilaku manusia. Bahaya semacam itu kerap terlewatkan.

Sebagaimana kisah yang dialami Dave Homan dalam buku ini. Ia awalnya gemar membaca dan sering tenggelam ke dalam buku serta artikel panjang. Setelah sering menikmati layanan online, aktivitasnya kemudian tanpa disadari berubah secara drastis.

Ia menjadi seorang pemalas untuk berjibaku dengan buku maupun artikel panjang. Dan, suka dengan artikel yang ringan serta ringkas. Bahkan, "tatkala membuat penelitian, yang awalnya harus berkutat dengan tumpukan buku dan memakan banyak waktu, dengan bantuan internet penelitiannya dapat dibuat hanya beberapa menit saja." (hlm 2). Memang, dari segi waktu sangat efisien tetapi yang jelas cara-cara instan tersebut membunuh kreativitas otak.

Pengalaman Dave tersebut memberi informasi kepada kita bahwa internet turut serta membentuk cara berpikir dan bertindak. Betapa bahayanya internet terhadap jiwa dan otak kita. Seharusnya, saat menggunakan internet kita bisa membatasinya sehingga kita dapat berinternet secara sehat, tanpa membunuh kreativitas otak.

Saya beranggapan bahwa orang yang tidak peduli akan bahaya internet sudah pasti dalam hidupnya tidak tenang. Ia akan selalu merasa gelisah. Kesempatan untuk berpikir dan merenung karena sudah sihir internet menjadi susah dilakukan.

Sebenarnya internet menyediakan banyak pilihan bagi siapa saja. Mengingat internet kini menjadi media yang paling luas dan tanpa batas dibandingkan media cetak lainbya. Namun, hal tersebut kerap disalahgunakan.

Buku ini memberikan wawasan akan bahaya internet. Dalam konteks inilah, buku ini layak dibaca. Membaca buku ini menjadi sangat tepat di tengah absennya kesadaran berinternet. Sihir internet juga membuat ketagihan bagi siapa saja hingga sulit melepaskan dari ketergantungan.

Buku ini membantu para pembaca untuk semakin hati-hati saat berjibaku internet. Betapa pun canggihnya internet, tanpa dibarengi dengan kesadaran akan menjerumuskan diri kita ke hal yang negatif. Bukankah kreativitas otak kita tergantung bagaimana kita merangsangnya?

Peresensi adalah Ahmad Faozan, Ketua Himasakti,(Himpunan Mahasiswa Santri Alumni Keluarga Tebuireng) Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar