Selasa, 04 Oktober 2011

Demi Perdamaian Dunia


Judul Buku      : Wind Rider: Menyerempret Bahaya Demi Perdamaian Dunia
Penulis             : Jefry Polnaja
Penerbit           : Qanita
Cetakan           : 1, Februari 211
Tebal               : 349 halaman
Harga              : Rp 54.400


Masih mencuatnya, konflik yang melanda antar bangsa, suku serta teroris terjadi di belahan dunia seperti, di Afganistan, Palestina, dll membuat dunia ini terasa kurang sedap dipandang.. Hal itu, juga kontras dengan semangat perdamaian dunia yang sering di gembor-gemborkan. Hak asasi manusia juga menjadi terabaikan. Dengan demikian, usaha menciptakan tatanan kehidupan berbangsa, beragama, dan bersuku harmonis penting di lakukan.

Buku ini, hendak menceritakan pengalaman Jefry Polnaja sang “Raider” penebar kedamaian. Ia, bukan utusan pejabat pemerintah maupun orang yang akan maju menjadi Presiden. Tetapi, pecinta motor. Yang pergi menjelajahi dunia bersama motor besarnya sambil, menyampaiakan pesan “damai”. Setidaknya, telah menciptakan rekor dunia yakni, mengunjungi, 72 negara, 3 benua, dalam kurun waktu 2 tahun, 7 bulan lamanya.

Tak peduli, dengan ganasnya badai Gurun Sahara, yang membeku dan hampanya Khardung La(jalan tertinggi di dunia), keheningan garis Artik di kutub utara, deburan Atlantik, Pasifik, dan Adrantik  yang menjadi medan tempurnya. Jefry, berpetualang tanpa kawan maupun pengawal. Bahkan, sempat mengalami nasib yang kurang menguntungkan. Dimana, Ia pernah diberondong tembakan namun masih beruntung dan berhasil lolos, bersembunyi di balik bebatuan padang pasir.

Selain itu, juga pernah menyaksikan dimana ada seseorang ditembaki sampai badannya hancur dan mati. Barangkali, di dunia ini tak ada orang senekad Jefry dalam memperjuangankan bendera kedamaian. Seharusnya, demi perdamaian dunia, semangat perjuanganan, simpati, kekaguman, dan solidaritas pada sesama senantiasa di kibarkan oleh siapa saja. Tanpa ada embel-embel suku, agama, ras, dan budaya. Sehingga keharmonisan terwujudkan.

Ada sekitar, 27 kisah pengalaman Jefry Polnaja hendak di bagikan leat buku ini kepada para pembaca. Salah satunya, manusia disatukan dengan bahasa hati. Bukankah, semua sudah ada yang mengatur? (hal, 39) Kedua, jangan menyepelekan hal-hal yang kecil. Sebab, dari hal terkecil pula sesungguhnya kita dapat menyelematkan hidup kita.

Seringkali, berada di negeri orang kita menganggap orang lain itu asing, tetapi sesungguhnya diri kitalah yang merasa seperti itu. Sehingga, harus menyesuaikan dengan lingkungan dimana kita berada. Di tengah kondisi kehidupan seperti sekarang ini, banyak orang hidup tidak memiliki kepercayaan diri. Akhirnya, banyak orang tidak mampu mewujudkan apa yang di impikannya. Entah, karena kebanyakan berpikir, tidak di barengi dengan tindakan maupun karena tidak mempunyai mentalitas.

Sebagaiamana ungkapam pepatah yang sering kita dengar yakni,” dimana ada kemauan di situlah akan ada jalan”. Meskipun, hidup saat ini segala sesuatu menggunakan uang, bila Tuhan sudah berkehendak apa yang menjadi tidak mungkin? Ketiga, hidup di dunia ini seperti roda yang senantiasa berputar. Terkadang kita berada di bawah juga di atas silih berganti tanpa kompromi. Dengan sebab itu pula, sikap berputus asa, mengeluh, dan pesimis harus dihilangkan. “Mencoba berpikir jernih, kemudian mencari solusi merupakan jalan terbaik.

Akhirnya, buku ini pantas untuk di jadikan inspirasi bagi kita semua, dalam hal mengibarkan perdamaian kepada dunia. Kepedulian antar sesama, tanpa memandang siapa dia merupakan cara terbaik membangun kebersamaan hidup. Bukankah, hidup damai penuh keharmonisan menjadi cita-cita bersama?

Peresensi adalah Ahmad Faozan, Ketua Himasakti(Himpunan Mahasiswa Santri Alumni Keluarga Tebuireng) Yogyakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar