Selasa, 20 September 2011

Ketabahan Hidup Putri Penguasa Hindustan


Judul Buku            : Taj Mahal: Gold Edition
Penulis                  :  Jhon Shors
Penerbit                 : Qanita, Mizan
Tahun                     : 1, Mei 2011
Tebal                      : 460 halaman
Harga                     : Rp 59.000,--

Kehidupan putri raja sudah pasti sangat istimewa. Dari mulai urusan makan hingga urusan mandi senantiasa dilayani penuh istimewa oleh para pembantu kerajaan. Hal itu, sangat kontras dengan kisah hidup yang dialami Jahanara putri penguasa dari kerajaan Hindustan. Hidupnya, penuh penderitaan dan siksaan. Misalnya, saat menginjak usia muda Jahanara sudah di jodohkan ayahnya untuk menjadi isteri seorang dari golongan ningrat bernama Khondamir yang tidak ia cintai dan kenali.
Padahal menikah sendiri seharusnya berlandaskan cinta. Demi kelanggengan dan kekuasaan ayahnya perkawinan Jahanara dengan Khondamir tercium aroma politik. Tentunya, Jahanara tak bisa berbuat banyak. Ia pun akhirnya menuruti kemauan ayahnya dam menerima Khondamir sebagai suami. Awalnya, memang memberatkan hati Jahanara. Merasa kurang mencintai dan mengenal calon suami lebih mendalam.
Berkat dorongan dan motifasi ibunya untuk tegar dalam menerima kenyataan hidup akhirnya suami yang dipilihkan ayah di terimanya. Ibu Jahanara menyakinnya, bahwa kelak Khondamir akan sangat berperan besar dalam menentukan nasib kerajaan Hindustan. (Hal,35) Seiring berjalannya waktu, Jahanara kerap mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan dari suaminya. Mulai siksaan bathin hingga fisik ia rasakan sendiri. Padahal, ia adalah putri dari seorang Sultan penguasa Hndustan.
Khondamir kerap bermain dengan para wanita cantik. Kebiasaan gaya hidup glamor para kaum ningrat di rumahnya yang tidak bisa di hilangkan sesudah menikah dengan Jahanara. Banyak wanita cantik sebagai pelampiasan hawa nafsunya.
Menjadi suami, selain dituntut untuk dapat bersikap dewasa juga harus penuh perhatian kepada isterinya. Urusan kelurga, terutama isteri merupakan urusan yang harus di prioritaskan oleh seorang suami begitu juga dengan urusan suami. Isteri harus selalu melayani dengan baik. Penderitaan Jahanara akhirnya bertambah ketika ibunya “Mumtas Mahal” meninggal dunia.
Untuk mengobati rasa sedih, ia dan ayahnya kemudian membangun bangunan sebagai petanda kebesaran ibunya yakni, Taj mahal. Penciptaan Taj Mahal di rancang oleh Arsitek Isa dari bangsa Persia. Konon, didesain berdasarkan citra tentang sorga sebagaimana tertuang dalam kisah yang ada di kitab suci umat Islam “Al Qur’an”.
I’tikad Sultan dan Jahannara, untuk membangun kemegahan Taj Mahal di Hindustan Hindia sedikit terganggu oleh sikap Aurangseb sebagai putera laki-laki kerjaan Hindustan yang gemar sekali berperang. Karena pembangunan Taj Mahal memangkas dana untuk berperang. Berbagai cara dilakukan Aurangseb untuk mengamba visi dan misinya. Berlandaskan keyakinan kuat, akhirnya pembangunan Taj Mahal tetap di teruskan.
Sejak awal-awal membangun Taj Mahal tanpa di sengaja Jahannara jatuh hati dengan seorang arsiteknya yakni Isa. Merasa hidup berkeluarga dengan Khondamir tidak bahagia, ia kemudian menjalin hubungan bersama Isa secara sembunyi-sembunyi. Menurutnya, Isa tipikal lelaki yang pantas dicintainya. Isa adalah lelaki yang baik hati, tampan, dan perhatian.
Tidak seperti suaminya yang keras dan sering menyakitinya. Bahkan, kerap menuduh Jahanara, perempuan “mandul” tak bisa menumbuhkan benihnya. Yang membuatnya kecewa dan melukai hati serta perasaannya. Padahal bila melihat nasab ibunya tergolong perempuan keturunan yang subur. Karena ibu Jahanra, melahirkan banyak anak. Walauapun, Khondamir terus saja menyakitinya. Jahanara sebagai perempuan tetap tabah dalam menghadapi semua persoalan hidupnya.
Menurut saya, novel ini, menarik di baca oleh siapa saja. Selain, memuat hikayat berdirinya Taj Mahal juga menceritakan kisah hidup puteri penguasa Hindustan yakni Jahanara. Banyak kisah ketegaran, kedewasaan, kesetiaan, dan kewajiban seorang putri raja Hindustan di roda hidupnya. Sangat di sayangkan jika Anda melewatkan novel sejarah ini.
*)Ahmad Faozan, Ketua Himasakti (Himpunan Mahasiswa Alumni Keluarga Tebuireng) Yogyakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar