Judul Buku:
Gilad Atzmon: Catatan Kritikal tentang Palestina dan Masa Depan Zionisme
Penulis: Ahmad
Syafii Maarif
Penerbit: Mizan
Tahun: 1,
2012
Tebal: 145 halaman
Tebal: 145 halaman
Harga:40.000
Dewasa ini, konflik
berdarah-darah antara Zionisme dan warga Palestina masih terus terjadi.
Usia konflik pun sudah memakan waktu
enam dasawarsa. Warga Palestina yang
menjadi korban mencapai 2 juta orang itupun pada tahun 1990. Warga Palestina
banyak dibunuh, dihalau, dan dibinasakan oleh tentara Israel hingga sekarang
ini. Ironisnya, kekejaman Zionisme mendapat dukungan langsung oleh Amerika dan
sekutu-sekutunya. Sampai kapankah, hal ini akan dibiarkan?
Buku ini, membantu
membukakan mata bathin masyarakat dunia khusunya masyarakat Indonesia. Mengenai
dibalik konflik berdarah-darah antara Palestina dan Zionisme. Pasalnya, selama
ini demi memuluskan pengusiran warga Palestina secara paksa dari negaranya,
Israel menggunakan jurus identitas negara Yahudi. Sehingga, sukses mendikte
dunia, khusunya Barat untuk membela eksistensinya. Identitas Yahudi menjadi
modal politis paling mensukseskan bagi agresi militer Zionisme di Palestina.
Padahal identitas
Yahudi bukanlah sebuah negara melainkan agama. Setidaknya, ada tiga pemahaman
untuk dapat memahami identitas Yahudi. Pertama, Yahudi sebagai agama. Kedua,
Yahudi sebagai ras atau etnis. Ketiga, Yahudi sebagai budaya.(hal, 27) Sebab,
agama Yahudi juga menunjukan lebih banyak persamaan dengan Islam dibanding
agama lain, utamanya dalam keyakinan monoteisme.
Misalnya, jika
ajaran agama Islam melarang memakan daging babi, Yahudi pun sama. Bahkan, cara
ibadahnya orang Yahudi pun mirip dengan cara shalat orang Islam. Hal itu juga
dibuktikan dengan bukti persitiwa sejarah, saat orang-orang Yahudi di kejar
musuh-musuhnya, mereka lari ke negara berpenduduk Muslim. Dalam piagam Madinah pun memberikan perlindungan
dan kebebasan bagi penduduk apapaun termasuk Yahudi di Madinah untuk
menjalankan ibadah sesuai keyakinannya.
Kritik keras dan
pedas Gilad, yang notabenya merupakan keturunan darah Yahudi di Israel ini,
membuat panas telinga tentara zionisme. Karena membongkar identitas palsunya.
Menurut Gilad, sebenarnya Zionis ingin memecah belah dunia, dengan tujuan untuk
menggulirkan perang Salib global atas nama agama yakni, antara Yahudi, Kristen,
vs Islam. Kepicikan Zionis dalam menutupi identitas tidak banyak diketahui
sekalipun kelompok Yahudi di belahan dunia. Dengan demikian, mengecam ataupun
mengutuk Israel tidak boleh di sambungkan dengan Yahudi sebagai ras.
Bagi Gilad,
Walaupun toh, Zionis terus saja melakukan aksi kekejaman terhadap rakyat
Palestina. Kelak, akan terbalik dengan alamiah. Sebab, kekuatan Palestina yang
mengedepankan semangat jiwa raga dan kebenaran sejarah tidak akan pernah kendur
melawan Zionisme. Bahkan, setelah Palestina menjadi anggota resmi dari UNESCO,
perjuangan bangsa dan rakyat Palestina untuk terus mendapat dukungan masyarakat
Internasonal tak mengenal menyerah.
Terlebih,
negara-negara Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Indonesia selalu konsisten
mendukung kemerdekannya. Bahkan,
Jenderal intelejen IDF pada tahun 1987, menyatakan “rakyat palestina tidak
mungkin dikalahkan”.(hal, 71) Di tengah kondisi kehidupan dimana kemajuan di
bidang tekhnologi informasi yang serba hebat,
tentunya sangat menguntungkan perjuangan rakyat Palestina. Demi
kemerdekaan Palestina semestinya Zionisme harus dibumihangsuskan dalam dunia
ini. Jika kemenangan Palestina terwujud
juga akan berdampak lebih dahsyat bila dibandingkan dengan tumbangnya Uni
Soviet yang mengahiri perang dingin pada 1989 bukan?
Melalui buku
setebal 145 halaman ini, membantu mengetuk hati kita untuk ikut perduli
terhadap kemerdekaan bangsa Palestina di masa depan. Sudah saatnya dunia
mengetahui hal ini termasuk kaum Yahudi sendiri. Sehingga, segala kekejaman dan
penidasan dapat dihentikan dimuka bumi ini. Bukankah, segala bentuk kekerasan
dimuka bumi ini harus ditolak?
Diresensi oleh Ahmad Faozan, Bergiat di Renaisant
Institute, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar