Senin, 02 Juli 2012

Menggugat Hegemoni Israel


Judul Buku: Gilad Atzmon: Catatan Kritikal tentang Palestina dan Masa Depan Zionisme
Penulis: Ahmad Syafii Maarif
Penerbit: Mizan
Tahun: 1, 2012
Tebal: 145 halaman
Harga:40.000


Dewasa ini, konflik berdarah-darah antara Zionisme dan warga Palestina masih terus terjadi. Usia  konflik pun sudah memakan waktu enam dasawarsa.  Warga Palestina yang menjadi korban mencapai 2 juta orang itupun pada tahun 1990. Warga Palestina banyak dibunuh, dihalau, dan dibinasakan oleh tentara Israel hingga sekarang ini. Ironisnya, kekejaman Zionisme mendapat dukungan langsung oleh Amerika dan sekutu-sekutunya. Sampai kapankah, hal ini akan dibiarkan?

Buku ini, membantu membukakan mata bathin masyarakat dunia khusunya masyarakat Indonesia. Mengenai dibalik konflik berdarah-darah antara Palestina dan Zionisme. Pasalnya, selama ini demi memuluskan pengusiran warga Palestina secara paksa dari negaranya, Israel menggunakan jurus identitas negara Yahudi. Sehingga, sukses mendikte dunia, khusunya Barat untuk membela eksistensinya. Identitas Yahudi menjadi modal politis paling mensukseskan bagi agresi militer Zionisme di Palestina.

Padahal identitas Yahudi bukanlah sebuah negara melainkan agama. Setidaknya, ada tiga pemahaman untuk dapat memahami identitas Yahudi. Pertama, Yahudi sebagai agama. Kedua, Yahudi sebagai ras atau etnis. Ketiga, Yahudi sebagai budaya.(hal, 27) Sebab, agama Yahudi juga menunjukan lebih banyak persamaan dengan Islam dibanding agama lain, utamanya dalam keyakinan monoteisme.

Misalnya, jika ajaran agama Islam melarang memakan daging babi, Yahudi pun sama. Bahkan, cara ibadahnya orang Yahudi pun mirip dengan cara shalat orang Islam. Hal itu juga dibuktikan dengan bukti persitiwa sejarah, saat orang-orang Yahudi di kejar musuh-musuhnya, mereka lari ke negara berpenduduk Muslim. Dalam  piagam Madinah pun memberikan perlindungan dan kebebasan bagi penduduk apapaun termasuk Yahudi di Madinah untuk menjalankan ibadah sesuai keyakinannya.

Kritik keras dan pedas Gilad, yang notabenya merupakan keturunan darah Yahudi di Israel ini, membuat panas telinga tentara zionisme. Karena membongkar identitas palsunya. Menurut Gilad, sebenarnya Zionis ingin memecah belah dunia, dengan tujuan untuk menggulirkan perang Salib global atas nama agama yakni, antara Yahudi, Kristen, vs Islam. Kepicikan Zionis dalam menutupi identitas tidak banyak diketahui sekalipun kelompok Yahudi di belahan dunia. Dengan demikian, mengecam ataupun mengutuk Israel tidak boleh di sambungkan dengan Yahudi sebagai ras.

Bagi Gilad, Walaupun toh, Zionis terus saja melakukan aksi kekejaman terhadap rakyat Palestina. Kelak, akan terbalik dengan alamiah. Sebab, kekuatan Palestina yang mengedepankan semangat jiwa raga dan kebenaran sejarah tidak akan pernah kendur melawan Zionisme. Bahkan, setelah Palestina menjadi anggota resmi dari UNESCO, perjuangan bangsa dan rakyat Palestina untuk terus mendapat dukungan masyarakat Internasonal tak mengenal menyerah.

Terlebih, negara-negara Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Indonesia selalu konsisten mendukung kemerdekannya.  Bahkan, Jenderal intelejen IDF pada tahun 1987, menyatakan “rakyat palestina tidak mungkin dikalahkan”.(hal, 71) Di tengah kondisi kehidupan dimana kemajuan di bidang tekhnologi informasi yang serba hebat,  tentunya sangat menguntungkan perjuangan rakyat Palestina. Demi kemerdekaan Palestina semestinya Zionisme harus dibumihangsuskan dalam dunia ini. Jika  kemenangan Palestina terwujud juga akan berdampak lebih dahsyat bila dibandingkan dengan tumbangnya Uni Soviet yang mengahiri perang dingin pada 1989 bukan?

Melalui buku setebal 145 halaman ini, membantu mengetuk hati kita untuk ikut perduli terhadap kemerdekaan bangsa Palestina di masa depan. Sudah saatnya dunia mengetahui hal ini termasuk kaum Yahudi sendiri. Sehingga, segala kekejaman dan penidasan dapat dihentikan dimuka bumi ini. Bukankah, segala bentuk kekerasan dimuka bumi ini harus ditolak?

Diresensi oleh Ahmad Faozan, Bergiat di Renaisant Institute, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar