Kamis, 06 Desember 2012

Menata Jiwa Membangun Bangsa



Judul Buku: Memanusiakan Manusia: Menata Jiwa Membangun Bangsa
Penulis:  Deny Thong et al
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Jakarta
Tahun:  2011
Tebal: 429 halaman
Harga:Rp,75.000



Dewasa ini, masyarakat di suguhkaan dengan berbagai hal yang kurang menyenangkan seperti kasus penganiayaan, pemerkosaan, pembunuhan, kenakalan remaja, korupsi, demonstrasi yang anarkisme dll. Mencerminkan, bangsa ini sedang sedang mengalami gangguan jiwa. Tentunya  membuat kerugian besar bagi bangsa ini, baik dari segi ekonomi, moral dan budaya. 

Padahal kesehatan jiwa merupakan pondasi utama dalam membangun manusia seutuhnya. Memang benar, masalah kesehatan jiwa tidak langsung dapat menyebabkan kematian seseorang terkecuali bunuh diri. Bukankah, melalui menata jiwa sama halnya dengan membangun bangsa?

Buku biografi Kusumanto(Bapak Psikiatri Indoneisa) ini, mencoba mengulas ide dan pemikirannya mengenai dunia Psikiatri. Sekaligus, membantu memahamkan masyarakat terhadap masalah-masalah gangguan jiwa. “Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang tak jauh beda dengan gangguan fisik. Hanya saja gangguan jiwa menyerang psikologis atau perilaku seseorang pada fungsi sosial, psikologis, genetik, fisik/kimiawi atau biologis.”(hal, 11)

Masih rendahnya pemahaman sebagian masyarakat awam mengenai peran psikiatri dalam menyembuhkan penyakit jiwa membuat masyarakat lebih memercayai dukun ataupun paranormal. Bahkan hal itu juga menjurus kepada pemahaman yang kliru yakni jika seseorang kurang sehat jiwanya kerap kali dikaitkan dengan hal-hal ghaib seperti, kerasukan setan atau di guna-guna. Sehingga tidak mungkin akan tertangani oleh tenaga ahli profesional seperti dokter Psikiatri. Semestinya, masalah kesehatan jiwa perlu dipahami, dicegah, dikenali sejak dini dan ditangani secara tepat.

 Ironisnya, hingga kini stigma dan perlakuan yang kurang manusiawi masih diperagkan oleh sebagian masyarakat kepada para penderita gangguan jiwa seperti pemasungan dan pengasingan. Mereka “para penderita gangguan jiwa” sering di asosiasikan sebagai orang gila serta menambah beban malu keluarga. Bahkan harus di asingkan dari kehidupan sosial masyarakat. Tidak sedikit diantara mereka diperlakukan dengan cara-cara kurang manusiawi seperi, pemasungan. Dengan anggapan untuk menyembuhkan kesehatan jiwanya. Bukankah, sebagai makhluk sosial siapapun pasti membutuhkan interaksi sosial?

Sesungguhnya, pemasungan adalah buah dari ketidakmampuan masyarakat mengakses pelayanan kesehatan jiwa dan kurangnya pengetahuan masyarakat. Ditengah kondisi kehidupan seperti sekarang ini, banyak sekali orang galau karena tidak tahan menghadapi gejolak dan tantangan kehidupan. Akhirnya, masalah kesehatan jiwa tidak tertangani dengan baik. Salah satu dampak gangguan kesehatan jiwa yakni, membuat seseorang tidak mampu menghadapi kehidupannya. Padahal, hal itu bisa di sembuhkan oleh dokter Psikiatri.

Semestinya peran psikiatri dalam kehidupan ini memiliki andil. Sehingga, berbagai penyakit kejiwaan manusia di dunia ini khusunya yang ada di Indonesia dapat tetangani. Konon, dalam catatan WHO lebih dari 40% negara di dunia tidak memiliki undang-undang mengenai kesehatan jiwa. Bahkan, 30% nya lagi negara-negar didunia tidak mempunyai program kesehatn jiwa.(hal,13) Penting sekiranya dalam jangka panjang UU kesehatan jiwa dan lembaga nasional dimiliki bangsa ini.

Kini, sungguh bangsa Indonesia membutuhkan pribadi-pribadi berjiwa pemimpin sejati yang mampu memberikan kontribusi nyata. Sekiranya penting  memajukan Psikiatri dan kesehatn jiwa. Bukankah, salah satu faktor masalah kesehatan jiwa tidak tertangani dengan baik oleh pemerintah yakni kurangnya kesadaran pemerintah? Pemerintah lebih berkonsentrasi pada cara menekan angka kematian ibu dan anak.

Hemat penulis, buku ini membantu memberikan sosialisasi dan edukasi mutlak kepada masyarakat mengenai masalah kesehatan jiwa. Sehingga, kedepan bagi penderita kesehatan jiwa tidak lagi menjadi korban sosial masyarakat seperti, pemasungan.  Selain itu, buku setebal 429 halaman ini juga merekomendasikan kepada para pemangku kebijakan, kalangan akademisi, psikiater praktisi di lapangan, baik dalam maupun lura negeri untuk mendukung perkembangan dan kemajuan di bidang ilmu psikiatri dan ilmu yang terkait.

Oleh  Ahmad Faozan, Pembaca buku tinggal di Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar