Rabu, 13 Juli 2011

Kebesaran Ibu


Dimuat di Analisisnews.com
Judul Buku:My Mom Is My Hero: Persembahan Bagi Para Wanita yang Telah
Memberikan Hidup, Cinta dan Cucian Bersih
Editor: Susan Reynolds
Penerbit: Qanita
Tahun:1, 2011
Tebal:330, halaman
Harga: Rp 49.000
Sebagian besar pekerjaan rumah tangga dari mulai mengurus suami, anak, dan keluarga lazimnya di kerjakan oleh ibu kita. Peran ibu dalam keluarga sangat sentral. Bahkan, bila di timbang dengan tugas ayah jauh berbeda. Ibu kita telah mengandung, menyusui, memandikan, mengganti popok, dan mendidik kita hingga tumbuh dewasa. Dialah wanita mulia yang senantiasa harus kita hormati dan di junjung tinggi.
Tanpa ibu diri kita bukanlah siapa-siapa di dunia ini. Membentak dan  melawan sama saja tidak boleh di lakukan oleh kita sebagai anaknya. Kalaupun tidak sependapat, kita di perbolehkan menyampaikan dengan cara yang halus dan penuh keta’dziman. Konon, Maling Kundang terkutuk menjadi batu lantaran durhaka terhadap ibunya. Sudahkah, kita menempatkan derajat  ibu di posisi yang setinggi-tingginya?
Di tengah menurunya degradasi moralitas. Saat ini, banyak fenomena sosial yang menampilkan kedurhakaan seorang anak terhadap ibunya. Seperti, membentak-bentak, melawan, dan menjadikan ibunya sebagai pelayan layaknya budak. Tentu membuat diri kita semakin prihatin. Buku bertajuk “My Mom Is My Hero: Persembahan Bagi Para Wanita yang Telah Memberikan Hidup, Cinta dan Cucian Bersih” hadir di hadapan pembaca.
Buku yang di tulis dari sekumpulan para penulis hebat dunia seperti Kathryn Godsiff, Charles W. Sasser, L. Cantor, Sophie Levina, Julie Anderson, Bonie Burn dll. Yang berusaha memotret perjuangan perempuan di dalam keluarga. Banyak kisah heroik pernah dialaminya. Bahkan, tak bisa di lupakan begitu saja.
Menurut para penulis buku ini, masa-masa mengandung dan melahirkan merupakan masa-masa yang penuh perjuangan. Yang dimana nyawa menjadi taruhannya. Ibu selalu berusaha menjaga kita dalam kandungannya dari segala  anacaman dan tantangan. Setalah lahir di dunia ibu juga selalu mendidik dan mengarahkan diri kita agar jangan sampai tersesat.
Misalnya, L. Cantor penulis terkenal dunia awalnya merupakan penulis licik. Ia membuat karya tulisan dan mengerjakan tugas-tugasnya bukan karena kemampuannya, tetapi dari hasil plagiarisme (copy paste dari internet). “Kepiwainnya dalam mencari, menyalin, dan menyunting dari internet” membuat dirinya di juluki sebagai siswa hebat oleh guru dan teman-temannya. (Hal 42) Walaupun, L. Cantor pandai menutupi prilaku buruknya “plagiarisme” kepada orang lain tetapi hal itu tidak, kepada ibunya. Akhirnya, kemudian L. Cantor menjadi sadar bahwa tindakannya itu salah dan berbahaya bagi harga dirinya.
Sepandai apapun diri kita dalam menyimpan sesuatu kepada ibu lama atau tidak akan terendusnya. Ibu kita seolah tidak dapat di bohongi. Ia, merasakan apa yang kita rasakan. Teguran atau nasehat yang lembut membuat kita sebagai anak akan tunduk kepadanya. Karena memiliki ikatan emosional yang kuat membuat hati kita luluh. Pernahkah, ibu membiarkan suatu tindakan yang akan mengancam diri kita?
Dalam kondisi apa saja ibu juga selalu peduli terhadap nasib kita. Apapun akan di perjuangkannya demi kebahagiaan kita. Ibu tulus dalam mendidik, menyayangi, dan mencintai anaknya. Tidak ada niatan untuk meminta imbalan apapun kepada anaknya ketika kelak menjadi orang sukses. Nah, disinilah penting bagi kita untuk merenungkan perjuangan perempuan khsusnya ibu baik sewaktu mengandung maupun melahirkan. Supaya diri kita tidak bersikap angkuh di hadapannya.
Membaca buku ini, membantu membukakan mata batin kita untuk tidak bersikap kurang terpuji terhadap ibu kita. Tidak ada alasan apapun bagi kita untuk merendahkan derajat ibu. Dan, tak dapat di bayangkan pula bagaimana diri kita jika kehilangan ibu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar