Judul Buku: KH. Wahid Hasyim: Sejarah, Pemikiran, dan Baktinya Bagi Bangsa dan Negara
Editor: Dr. Shofiyullah dkk
Penerbit: PP. Tebuireng
Tahun: April 2011
Tebal: xiii+418 halaman
Tebal: xiii+418 halaman
Saat ini, mencari sosok pemimpin yang bersahaja, amanah, dan memunyai jiwa kenegaraan sangatlah susah. Banyak pejabat dan politis bekerja hanya untuk kepentingan dirinya bukan melainkan niatan mengabdi kepada bangsa dan negaranya setulus hati. Wajar, jika kemudian bangsa ini “Indonesia” tertatih-tatih mengejar ketertinggalan. Oleh sebab itu, penting bagi kita semua untuk belajar kepada perjuangan para faoundhing fathers.
Buku setebal empat ratus halaman ini membahas tentang sejarah dan pemikiran Wahid Hasyim. Tidak tanggung-tanggung penulisnya keroyokan. Dari mulai para cedekiawan dan akademisi. Seperti, Sholahudin Wahid, Ali Yahya, Imam Suprayogo, Malik Fadjar, Shofiyulloh, Yudian Wahyudi, Zamarkasi Dhofier dll. Sebagimana kita ketahui bersama bahwa Wahid Hasyim adalah salah satu putra KH. Hasyim Asy’ari ulama besar Indonesia abad ke 19.
Sejak kecil, beliau gemar sekali membaca buku, koran, dan majalah dengan beragam bahasa dari mulai bahasa Indonesia, Arab, Belanda , dan Inggris. Wahid Hasyim di karunia ingatan yang kuat. “ Kemampuan mengingatnya laksana tape recroder apa yang di bacanya langsung terekam dalam dirinya”.(Hal. 10-11). Di usia yang sangat muda Wahid Hasyim sudah tampil sebagai pemimpin muda yang di segani.
Dan, beliau juga mudah bergaul dan menyesuaikan diri dengan para tokoh-tokoh besar seperti, Sukarno, Hatta, Muhamad Yamin, Ahmad Subarjo, Bungtomo, Anwar cokrominoto, Imam Zarkasyi, Mahrus Ali, Ali Maksum dll. Sehingga ketika memasuki usia matang Wahid Hasyim sukses melakukan gebrakan di Tebuireng dan NU.
Sebelum tampil di kancah perpolitikan nasional Wahid Hasyim mengawali gerakannya dari lembaga pendidikan agama pesantren milik ayahnya Tebuireng yakni “mendirikan Madrasah Nizhamiyah”. (hlm 148) Usahanya tersebut kala itu sempat di kecam dan menuai protes dari para ulama dan santri. Namun, kecaman tersebut tidak membuat dirinya lantas mengurungkan niatnya melakukan perubahan. Sebab, mendapat restu ayahnya KH.Hasyim Ays’ari.
Wahid Hasyim selain membantu mengurus pesantren juga aktif menjadi pengurus NU. Beliau berangkat dari tingkatan ranting paling bawah sampai kemudian menjadi pengurus pusat. Sosoknya bersahaja, ramah, dan cerdas membuat beliau di perihitungkan intelektualitasnya.Beliau juga perumus, serta pelaku sejarah Indonesia Modern pada abad ke 20.
Orang lain mengibartakan, buah pikiran dan cita-cita Wahid Hasyim sebagai ramuan peradaban Melayu Nusantara dan Peradaban Indonesia Modern”. (Hal, 317) Hadirnya buku "KH. A. Wahid Hasyim: Sejarah, Pemikiran, dan Baktinya bagi Agama dan Bangsa dapat menjadi spirit bagi kita semua untuk belajar kepada para faoundhing fathers.
Buku ini, terbagi kedalam tiga pokok pembahasan yakni, potret keluarga dan pemikiran. Kedua, karya dan bakti dalam bidang politik, hukum, dan kebangsaan. Ketiga, karya dan bakti dalam bidang pendidikan. Buku ini, juga bermanfaat bagi kalangan akademisi dan masyarakat secara luas. Masih banyak hal harus kita gali dari Wahid Hasyim seorang tokoh muda NU yang memiliki pemirian progresif dan banyak berpengaruh bagi kemerdekaan Indonesia.
Dalam catatan sejarah, juga tercatat sebagai anggota BPUPKI, tim pengurus Pancasila, dan merupakan Menteri Agama tiga kabinet yakni masa Hatta, Nasir, dan Sukiman. Hidupnya sangat singkat sehingga membuat sebagian orang lebih mengetahui ayahnya, yakni KH. Hasyim Asy’ari dan Abdurrahman Wahid(Gus Dur) putrannya.
Sebagaimana dikatakan Sholahudin Wahid Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang, buku ini diharapakan dapat memicu dan mendorong kita untuk mengkaji kembali pemikiran, gagasan, dan jejak langkah para pendahulu kita dan menafsirkannya kembali dengan mengacu pada konteks zaman.
Di tengah kondisi kehidupan sosial, politik, agama, dan budaya masyarakat saat ini banyak di warnai dengan berbagai hal penyimpangan-penyimpangan. Misalnya, banyak para pejabat negara dan politisi berkorupsi. Kemudian, banyak tokoh agama yang terseret ke dalam politik praktis. Akhirnya, masayarakat dan umat Islam merasa gelisah.
Kepada siapa mereka mengadu untuk menghadapi persoalan hidupnya? Seolah-olah nasib rakyat kecil dan umat Islam tidak ada yang memperhatikan. Nah, disinilah letak pentingnya bagi kita semua untuk belajar kepada para faoundhing Fathers kita seperti“Wahid Hasyim”. Masih banyak suri teladan yang dapat kita petik dari seorang Wahid Hasyim. Keteladanan amat penting bagi pembentukan karakteristik generasi bangsa. Bukankah, orang sekaliber Wahid Hasyim pantas untuk kita teladani?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar