Rabu, 13 Juli 2011

Syarifudin, Tokoh Besar di Balik Layar


Dimuat di Okezone.com
Judul Buku: Presiden Prawinegara: Kisah 207 Hari Syarifudin Prawinegara Memimpin Indonesia
Editor: Akmal Nasery Basral
Penerbit: Mizan Pustaka
Tahun: 1, Maret 2011
Tebal : 370 hlm

Sosok syarifudin sebagai presiden republik Indonesia jarang sekali terdengar di telinga publik. Publik lebih mengenal Sukarno, Suharto, Habibie,  Gus Dur, Megawati, dan SBY. Wajar, jika di kemudian hari Syarifudin di lupakan oleh generasi berikutnya. Padahal, beliau adalah mantan orang nomor satu di negeri ini.
Tatkala, Belanda melakukan agresi II militer ke ibu kota Indonesia Yogyakarta pada tahun 1948 Pemerintahan yang di pimpin oleh Sukarno dan Hatta panik. Hawatir Indonesia jatuh ke tangan Belanda lagi. Begitu juga dengan keduanya bilamana sampai tertangkap Belanda bagimana nasib Indonesia waktu itu.
  Akhirnya, Sukarno sebagai orang nomor satu di Indonesia beserta jajarannya mencari alternatif  supaya roda pemerintahan dapat tetap berjalan. Walaupun, kondisi negeri sedang berkecamuk roda pemerintahan Republik Indonesia harus tetap berjalan jangan sampai jatuh ke tangan Belanda lagi. Itulah harapan sejumlah pihak.
Luasnya wilayah NKRI semakin tidak efektif jika hanya di jalankan di Jawa saja. Sehingga, Pemerintah membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera. Syarifudin, di tunjuk sebagai kepala pemerintahannya. Beliau, memiliki tugas dan tanggungjawab  yang sama seperti Sukarno dan Hatta. Sebelumnya, Syarifudin merupakan Menteri Kemakmuran di Kabinet Sukarno.
Novel berjudul ”Presiden Prawinegara: Kisah 207 Hari Syarifudin Prawinegara” menjelaskan secara runut tentang ketokohan Syarifudin sewaktu menjadi kepala Pemerintahan Darurat Republik Indonesia( PDRI) pada tahun 1948 di Bukittinggi. Novel ini, memuat banyak sekali fakta-fakta sejarah beserta tokoh-tokoh sejarah nasional seperti Bung Karno, Bung Hatta, Jenderal Sudirman, Hamengkubuwono IX, dll.
Misalnya, Jenderal Sudirman sebagai panglima perang. Dalam kondisi sakit parah ia tetap masih mempunyai semangat juang tinggi. Membaca novel ini, kita diajak menziarahi para tokoh pahlawan bangsa. Sekaligus meriview kembali sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Banyak hikmah yang perlu kita gali dari para pahlawan kita seperti sosok ”Syarifudin Prawinegara”.
 Sosok syarifudin sebagai pemimpin PDRI adalah rendah hati. Beliau, tidak mau di panggil Presiden oleh Kamil Koto anak buahnya cukup di panggi pak Syaf saja. Hal itu, sangat kontras di bandingkan dengan kondisi saat ini. Dimana seseorang orang yang memiliki jabatan tinggi tidak mau di sebut namanya tanpa ada gelar di belakangnya. mereka berbangga diri bila dirinya di panggil dengan nama yang lengkap.
 Begitu juga sebelum menjabat Presiden, Syarifudin tidak mau menggunakan uang negara sedikit pun demi kepentingannya sendiri. Syarifudin Prawinegara rela meninggalkan anak dan istrinya untuk berjuang demi negaranya.
 Buku ini, juga merangkum perseteruan antara Sukarno dan Syahril yang berdebat masalah kecil. Dari keduanya terlontar ucapan pedas Syahril seperti "Dasar Goblok!"Dasar Pandir!" kepada Bung Karno. (hal 332) Dengan kemucunculan novel ini, membuat nama Syafrudin Prawiranegara bisa kita rekam jejaknya.
Novel ini, juga mendeskripsikan bagaimana situasi dan kondisi di Yogya saat Belanda melakukan agresi militernya. Kemudian, situasi kota Bukittinggi sebelum dan setelah dibumihanguskan oleh tentara republik. Selanjutnya, terungkap pula perasaaan suka duka para pahlawan bangsa ketika mengungsi menembus ke hutan belantara demi untuk menjalankan roda pemerintahan di sebuah kota kecil di tengah rimba
Dalam konteks inilah, novel karya Akmal Nasery Basral wajib di baca oleh siap saja. Sehingga dapat menjadi suri teladan bagi kita semua. Banyak orang sekarang ini melupakan para pahlawan bangsa. Buku ini, membantu mengingatkan kita akan sosok para pejuang bangsa”Syarifudin’ yang pernah menjadi orang nomor satu di negeri ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar