Jumat, 01 Maret 2013

Menuju Kesehatan Berbasis Spiritual




Judul: Tuhan dalam Otak Manusia
Penulis:  Taufik Pasiak
Penerbit: Mizan
Tahun: 1, Juli 2012
Tebal: 469 halaman
ISBN: 976 979-433-725-7
Harga:Rp. 50.000


Dewasa ini, dunia medis sudah banyak mengalami kemajuan yang signifikan. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap dunia kesehatan menjadikan peran seorang dokter laris manis di masyarakat. Bahkan, kini untuk menjadi dokter seseorang harus mengeluarkan biaya tak sedikit. Ironisnya, dunia kesehatan saat ini sudah terjauh dari nilai-nilai spiritualitas. Tidak  mengherankan, jika dalam praktek penyembuhan pasien, urusan spiritualitas dipisahkan dari urusan kedokteran. 

Padahal spiritual menjadi kebutuhan semua orang khususnya seorang dokter. Tentu saja hal itu sangat kontras dengan situasi dahulu, dimana seorang dokter dalam mempraktikan dunia medis saat menyembuhkan pasien mengaitkan dengan dunia spiritual.Bukankah, dengan spiritual seperti berdoa, dapat menjadi sarana ekpresi dan emosi pasien? 

Buku ini, mencoba mensinergikan dimensi spiritual dengan ilmu kedokteran. Menurut Taufik Pasiak, ada suatu ciri-ciri yang eksekutif dalam dinamika otak beriman yang berbeda dari orang tidak beriman, indikator orang beriman dapat bersifat praktis. Meskipun urusan spiritual dianggap masalah sepele, seperti memberikan motifasi, penerimaan terhadap takdir, dorongan melakukan ritual sesuai dengan keyakinan agama, dan lain-lain, namun itu membantu rasa optimis seorang pasien untuk bisa menghilangkan rasa sakitnya. Bahkan, mampu mengembalikan jati diri seorang pasien. 

Dengan melalui sistem Neourasains spiritual, diharapkan membantu para dokter untuk lebih mampu menjelaskan secara ilmiah tentang kehadiran Tuhan dalam diri manusia. Ketidakmampuan dokter menggabungan ilmu kesehatan dan agama sekarang ini, membuat mereka keteteran saat memulihkan psikologis seorang pasiennya. Konon, banyak dokter yang justeru berasumsi, bahwa lewat jalan medis sesungguhnya tempat pengobatan manusia. Baik urusan medis maupun kejiwaan. Pemisahan antara Spiritual dengan ilmu kesehatan tentu sangat disayangkan. Pasalnya, keduanya dapat berjalan berkelindan.  

Menurut Brent(1996), pasca Hippocrates, ilmu kedokteran mulai terpisah dengan praktik-praktik religius menjadikan praktek dokter saat ini memiliki tiga kelemahan utama. Pertama, hanya mementingkan jasmani semata. Kedua, memetingkan penyakit dari pada manusia, ketiga, manusia jadi pasif dalam penyembuhan. Akhirnya, dokter dan tenaga medis acapkali kesulitan dalam memberikan intervensi terauoeutik, yang kadang kala berujung pada ketidakjelasan diagonis dan pilihan terapi. 

Berkaca pada sejarah Islam klasik, pada masa-masa awal perkembangan ilmu kedokteran, para dokter justeru dikenal sebagai figur-figur yang religius. Seorang dokter mendapatkan status dan kedudukan tinggi di masayarakat. Tentu, reputasi dan dedikasinya bukan karena menguasai ilmu kesehatan semata, namun juga karena ia ahli dalam berbagi bidang keilmuan lain. Seperti, ahli agama, arsitek, dam hukum. Diantaranya Ibnu Sina,(Ibensina, atau Aviecenna) Ar Razi,( Razez) Abu Al Qasim,(Abulcasis) dan Ibn Hayyan merupakan pakar filusuf, arsitek, dan teolog yang kondang di zamannya. Dan, ilmu(medisnya) menjadi rujukan utama para sarjana Barat hingga sekarang ini.

Melalui buku ini, diharapkan dapat menggugah kesadaran para dokter, bahwa jika spiritual diterapkan dalam pemerikasaan dan diagonis penyakit, maka pengelolaan dalam bentuk rekam medis dan terapi akan memberikan nuansa tersendiri dalam pengelolaan pasien. Dan, seseorang juga akan merasakan bahwa setiap jengkal tubuhnya, di setiap sel darah yang mengalir di dalam pembuluh darahnya, dan di setiap unsur kimia yang bekerja secara dinamis, Tuhan akan senantiasa hadir dan ada.

Menurut Pasiak, ilmu kedokteran dan spiritualitas merupakan dua hal yang berjalan bersama-sama. Kepiwaian mereka dalam mengintregrasikan ilmu agama dan medis menunjukan manusia yang religius dan bermakna dalam kehidupannya. Ibnul Qayyim Al Jawsiyah(1292-1350 M) dalam kitabnya Ath-Thibb An-Nabawy, menuturkan, hendaknya seorang dokter memiliki keahlian dibidang penyakit hati dan ruh, serta pengobatannya. Pasalnya pangkal yang yang agung untuk pengobatan badan. Mengingat, terpengaruhnya badan dan sifat alamiyahnya oleh jiwa dan hati adalah kenyataan yang telah terbukti. 

Buku setebal 469 halaman ini, mencoba mengintregrasikan ilmu agama dengan kesehatan. Mengingat hal itu saat ini, sangat perlu dilakukan. Bukankah, saat ini juga manusia sedang mengalami krisis spiritual? Bukankah, bangsa Indonesia masyarakatnya juga sangat agamis? Kajian buku ini hadir untuk mewujudkan kesehatan spiritual berdasarkan Neurosains. 

Oleh Ahmad Faozan, pembaca buku tinggal di Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar